BPBD Provinsi Jabar dan BPBD kabupaten dan kota di Jabar merekomendasikan status siaga darurat bencana kekeringan mulai 1 Agustus sampai 31 Oktober 2019.
Musim kemarau yang berdampak lanjutan pada bencana kekeringan nampaknya belum mencapai puncaknya saat ini, Gaess. Padahal kita semua di Sukabumi bisa rasakan, saksikan, dan dengarkan kabar kekeringan terjadi di mana-mana. Air bersih mulai susah ditemukan. Cuaca begitu gersang di siang hari dan dingin menusuk kulit di malam sampai pagi hari.
Puncak musim kemarau yang akan berdampak pada kekeringan yang merata justru baru akan terjadi pada bulan Agustus sampai Oktober. Berikut lima informasi yang dirangkum Sukabumixyz.com dari berbagai sumber.
[1] Siaga darurat bencana kekeringan
Dikutip dari Pikiran-rakyat.com, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat dan BPBD kabupaten dan kota di Jawa Barat telah sepakat untuk mengajukan rekomendasi kepada Gubernur Jabar untuk menetapkan wilayah Jabar dalam status siaga darurat bencana kekeringan. Jangka waktu yang disepakati, yaitu mulai 1 Agustus sampai 31 Oktober 2019.
Hal itu disepakati melalui Rapat Koordinasi Persiapan Menghadapi Siaga Darurat Bencana Kekeringan di Jawa Barat tahun 2019, antara BPBD Provinsi Jabar dengan BPBD kabupaten dan kota se-Jawa Barat yang digelar BPBD Provinsi Jabar di Hotel Horison Titra Sanita, Kabupaten Kuningan, Selasa (16 Juli).
“Hasil kesepakatan rakor ini selanjutnya akan kami sampaikan kepada Gubernur Jawa Barat, untuk menetapkan wilayah Jabar dalam status tersebut mulai tanggal 1 Agustus sampai dengan 31 Oktober 2019, melalui surat keputusan Gubernur Jabar,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Provinsi Jawa Barat Didi Aji Sidik.
[3] Curah hujan di 90 persen wilayah Jabar kecil
Menurut informasi BMKG yang dirilis BPBD Jabar pada dasarian II bulan Juli 2019, peluang curah hujan di bawah normal atau di bawah 50 mm akan terjadi di hampir 90 persen wilayah Jabar. Tercatat sampai tanggal 12 Juli 2019 sudah ada 12 kabupaten/kota yang melaporkan di daerahnya telah terjadi kekeringan.
Padahal sampai saat ini musim kemarau belum sampai puncaknya. Kepala Stasiun Geofisika Bandung Tony Agus Wijaya menyebutkan, puncak musim kemarau tahun 2019 di wilayah Jabar diperkirakan akan terjadi di bulan Agustus. Di bulan Agustus, curah hujan di sebagian besar wilayah Jabar diperkirakan sangat sedikit. Bahkan, di beberapa tempat tidak ada hujan sama sekali.
“Jabar sekarang sedang berada di musim kemarau. Musim kemarau di wilayah Jawa Barat tahun ini secara umum mulai dari Mei sampai nanti Oktober. Dan, nanti akan mencapai puncaknya di bulan Agustus,” ujarnya
[3] Sukabumi dan 12 daerah kekeringan
Masih menurut BPBD Jabar dikutip dari Antara, terungkap bahwa saat ini sebanyak 13 kabupaten/kota telah terdampak kekeringan akibat musim kemarau. Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jawa Barat Budi Budiman Wahyu mengatakan ke-13 kabupaten/kota yang terdampak kekeringan ialah Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kota Cirebon. Kemudian Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Ciamis, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Majalengka.
Budi menambahkan, kekeringan juga sejauh ini telah menyebabkan sekitar 14.404 hektare lahan pertanian di Jawa Barat terdampak. Selain itu, sebanyak 14.795 kepala keluarga (KK) di Provinsi Jawa Barat terdampak kekurangan air bersih akibat musim kemarau tahun ini.
Editor’s Picks:
Ribuan ha sawah Sukabumi terancam, 5 kecamatan di Pajampangan ini paling terdampak kekeringan
Musim kemarau, Sukabumi waspada ancaman kekeringan! Gen XYZ mesti ngeh 5 info ini
[4] Jabar dan 6 provinsi lainnya tengah alami kekeringan
Secara nasional, tak hanya Jabar yang mengalami bencana kekeringan sebagai dampak dari musim kemarau. Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo mengatakan kekeringan tengah terjadi di Jawa Barat dan enam provinsi lainnya di Indonesia.
“Banyak lokasi yang terjadi kekeringan, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur,” kata Agus seperti dikutip dari Antara, Selasa (16 Juli).
Agus menjelaskan sebanyak 79 kabupaten/kota di tujuh provinsi yang mengalami kekeringan dengan perincian 1.969 desa/kelurahan di 556 kecamatan. BNPB memperkirakan masih ada wilayah lain yang juga akan mengalami kekeringan karena Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak musim kemarau 2019 akan terjadi pada pertengahan Agustus.
[5] Tanggapan Gubernur Ridwan Kamil
Menanggapi rekomendasi BPBD, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyatakan pihaknya masih mengkaji terkait rencana penetapan status siaga kekeringan seperti yang diusulkan. “Saya masih mengkaji karena solusi-solusi sudah dilakukan. Dengan para bupati wali kota sudah menggilir (irigasi). Hitungannya harian. Sehari di kelompok tani ini, sehari di itu,” kata Kang Emil.
Selain itu, pihak PDAM juga sudah bergerak untuk membawa truk-truk air untuk menyuplai air bersih kepada warga terdampak kekeringan. “Dan ketiga kita juga mengkaji dengan BMKG untuk rekayasa cuaca. Jadi ini sedang kita kerjakan. Jadi tiba-tiba langsung ke status itu bukan tidak mungkin, tapi sedang ikhtiar dulu,” pungkasnya.
Semoga saja semuanya baik-baik saja ya, Gaess! Tetap eling dan waspada!
[dari berbagai sumber]