Cicurug jadi satu-satunya kecamatan di wilayah utara Sukabumi yang mulai mengalami krisis air bersih.
Bencana kekeringan semakin memburuk. Musim kemarau yang merata mendera seluruh wilayah Sukabumi, baik Kota maupun Kabupaten, menjadi pemicu utama semakin buruknya bencana kekeringan. Kalian pasti merasakan ya Gaess, betapa panasnya cuaca saat siang dan sumber air sudah mulai kering.
Rupanya nih Gaess, tujuh kecamatan sudah mulai mengalami krisis air bersih. Berikut lima round-up berita tentang kondisi kekeringan yang mendera Sukabumi sejauh ini.
[1] Krisis air bersih
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi merilis laporan bahwa ada tujuh kecamatan yang mulai mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.
“Kesulitan air bersih ini karena dampak dari bencana kekeringan yang sudah terjadi sejak Juni 2019. Namun tidak di seluruh desa di setiap kecamatan yang warganya sulit mendapatkan air bersih,” kata Kepala Pusat Pengendalian Operasi BPBD Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna seperti dikutip dari Antara, Rabu (10 Juli).
[2] Kecamatan apa saja?
Tujuh kecamatan dimaksud BNPB di mana saja, ya? Ada 6 kecamatan di wilayah selatan-tengah, yaitu Cidadap, Gegerbitung, Tegalbuleud, Waluran, Cikembar, dan Gunungguruh. Satu lagi kecamatan berada di utara Sukabumi dan malah di wilayah yang banyak industri berbasis air, yaitu Cicurug. Untuk dicatat, BNPB menekankan tidak menutup kemungkinan jumlah kecamatan yang warganya kesulitan air bersih ini bertambah.
Sejauh ini untuk meringankan penderitaan warga yang terdampak, BNPB sudah menyalurkan air bersih ke sejumlah lokasi seperti di Desa Cijurey, Kecamatan Gegerbitung di mana ratusan warganya sudah kesulitan mendapatkan air bersih. Untuk mencarinya harus berjalan hingga beberapa kilometer sebab sumur milik warga sudah kering. Kalaupun ada, kondisi airnya keruh dan mengeluarkan bau sehingga tidak bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
[3] Warga Tegalbuleud andalkan sumber air di hutan
Salah satu dampak kemarau terberat dirasakan warga di wilayah Kecamatan Tegalbuleud. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan Tegalbuleud, Yudiansyah memaparkan beberapa kampung terdampak kekeringan di antaranya Kampung Puncakmalanding dan Gerendel di Desa Sumberjaya, Kampung Pasirsalam di Desa Nangela, Kampung Cibangkoak di Desa Rambay dan Kampung Cilamee di Desa Buniasih.
“Di kampung-kampung tersebut warga mengambil air dari sungai, dari sumur yang masih ada airnya dan resapan air dari hutan,” ujar Yudiansyah seperti dikutip dari sukabumiupdate.com, Kamis (11 Juli).
Warga Kampung Pasirsalam Imat (50) mengonfirmasi hampir dua bulan terakhir langganan mengambil air dari resapan air Hutan Citeureup. Setiap hari, ia menempuh jarak sekitar dua kilometer untuk mendapat air.
Editor’s Picks:
Bencana kekeringan makin terasa di Sukabumi, ini 5 info Gen XYZ mesti aware
Petani Sukabumi bisa klaim asuransi AUTP karena 5 dampak kekeringan
[4] Semua wilayah Kota terancam kekeringan
Sementara itu, kabar dari wilayah Kota, BPBD Kota Sukabumi menyebutkan bahwa seluruh wilayah Kota terancam bencana kekeringan dengan kategori sedang. “Berdasar informasi dari BNPB, di tahun 2019 ini semua kelurahan terancan kekeringan. Tapi kategorinya sedang,” ujar Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi, Zulkarnain Barhami seperti dikutip dari Antara.
Status tersebut dapat berubah menjadi tinggi manakala selama tiga bulan ke depan tidak terjadi turunnya hujan: bulan Juli, Agustus, hingga September.
[5] Hemat air!
Untuk mengantisipasi terjadinya bencana kekeringan yang berkelanjutan, BPBD Kota menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan upaya hemat air dan menyediakan tandon air. “Disarankan untuk menyediakan tandon air. Jadi manakala turun hujan airnya dapat dijadikan stok, ” imbuhnya.
Zulkarnain menambahkan, hingga kini dari tujuh kecamatan di Kota Sukabumi belum ada yang melaporkan dampak kekeringan. Sehingga ia berharap adanya laporan kepada petugas dan akan akan segera ditindaklanjuti dengan pasokan air bersih.
[dari berbagai sumber]