Soal hutan yang raib alias hilang, Indonesia peringkat ke-2 di dunia setelah Brazil. Wow!
Sukabumi memiliki kawasan hutan tropis yang cukup luas. Sebut saja dua hutan tropis di dua kawasan taman nasional: Gunung Halimun – Salak (TNGHS) dan Gunung Gede-Pangrango (TNGGP). Meski berbagi dengan kabupaten-kabupaten tetangga seperti Cianjur dan Bogor untuk TNGGP dan Lebak dan Bogor untuk TNGHS, wilayah hutan tropis Sukabumi sudah sangat luas, ratusan ribu hektare (ha).
Lalu bagaimana kondisinya, walau tak ada data spesifik, secara umum kondisinya takkan berbeda jauh dengan kondisi hutan tropis di Indonesia secara keseluruha. Lalu bagaimana kondisi hutan tropis secara umum di Indonesia? Berikut lima fakta mengejutkan tentang hutan tropis Indonesia yang mungkin kamu belum tahu!
1. Indonesia kehilangan 684.000 ha hutan per tahun
Hutan tropis Indonesia adalah paru-paru dunia. Indonesia adalah satu dari 10 negara dengan luas hutan terbesar di dunia dengan luas 133.300.543 ha. Hutan tropis Indonesia tersebar di pulau-pulau Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Jawa dan Papua.
Sayangnya, setiap tahun Indonesia kehilangan 684.000 ha hutan. Penyebabnya ada empat, yaitu illegal logging (pembalakan liar), kebakaran hutan, perambahan hutan dan konversi hutan. Menurut data yang dirilis badan PBB, World Food and Agriculture Agency (FAO) berdasarkan data dari Global Forest Resources Assessment (FRA), Indonesia berada di rangking dua di dunia soal hilangnya hutan, setelah Brazil.
Kondisi ini tentunya sangat mengkhawatirkan, tak hanya bagi bangsa Indonesia, tetapi juga warga bumi. Bayangkan saja, raibnya hutan di Indonesia jika dibandingkan sudah seluas pulau Bali. Diperkirakan bahwa puncak raibnya hutan terjadi pada rentang waktu 1997 sampai 2006, yang mencapai 3,5 juta ha per tahun, dan pada tahun 2012 raibnya hutan menurut menjadi 300.000 ha per tahun.
BACA JUGA: Hanya 1% air di bumi bisa dikonsumsi, gen Y Sukabumi mesti aware 5 fakta ini
2. Satwa di hutan kehilangan habitatnya
Satwa liar yang hidup secara bebas di hutan semkain kehilangan habitatnya. Populasi gajah di Lampung dan Riau mulai punah dalam 25 tahun sejak tahun 1985. Belum lagi satwa-satwa lain di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan ribuan pulau-pulau kecil lainnya. Punahnya satwa liar akibat harus bersaing dengan manusia untuk berebut makanan dan tempat berteduh.
3. Ribuan orang kena penyakit ISPA akibat kebakaran hutan di Indonesia
Pada tahun 2015, kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan tak hanya mengurangi luas hutan tetapi juga berdampak pada menyebarnya penyakit ISPA (pernafasan). Selama berminggu-minggu, asap dari dua pulau itu memenuhi langit. Data dari Universitas Harvard dan Universitas Columbia menyimpulkan bahwa jumlah manusia yang terkena penyakit ISPA akibat kebakaran hutan di tahun 2015 mencapai ribuan orang. Detilnya, sejumlah 90 ribu orang Indonesia, 2200 orang Malaysia, dan 6500 warga Singapura. Menyedihkan!
4. Penggundulan hutan menyebabkan penurunan kualitas air
Laporan Status Lingkungan Indonesia mengungkapkan bahwa penurunan kualitas air disebabkan oleh rusaknya kawasan mata air di dalam hutan dan diperparah oleh gejala-gejala perubahan iklim. Rusaknya kualitas tanah menyebabkan erosi di kawasan serapan air dan selanjutnya diperparah oleh aktivitas penggunaan air yang tidak hemat.
Padahal ada undang-undangnya (UU No. 41 tahun 1991) yang mengatur bahwa setiap kawasan serapan air tidak boleh ditenbangi pohonnya. Sayangnya aturan itu terus dilanggar.
BACA JUGA: Hari Bebas Kantong Plastik Sedunia, Gen Y Sukabumi bisa kenali 5 masalahnya
5. Indonesia dinilai sebagai kontributor emisi gas rumah kaca (GRK) terburuk di dunia
Kondisi hutan Indonesia begitu parah sehingga memicu dilabelinya Indonesia menjadi negara dengan penyumbang emisi GRK terbesar, yang merupakan pemicu dampak pemanasan global. Masalah besar hutan Indonesia adalah deforestasi. Hal itu menyebabkan dampak yang sangat buruk pada masyarakat, bukannya meningkatkan ekonomi masyarakat sekitarnya.
Itulah kondisi mengejutkan tentang hutan di Indonesia, dan tentunya juga di Sukabumi. Penggundulan hutan bisa dirasakan terjadi di mana-mana. Kira-kira apa yang kamu bisa lakukan ya, gen Y Sukabumi! (sumber: factsofindonesia.com 31 March,2018)