Sesar Cimandiri yang melintasi Pelabuhan Ratu, Cianjur, Padalarang, dan Lembang diduga bakal sebabkan gempa besar.
Sukabumi bakal dilanda gempa besar mencapai 8 skala richter (SR) sudah lama viral terutama di sosial media dan baru-baru ini mencuat kembali ke permukaan. Kekhawatiran warga Sukabumi ini rupanya dipicu oleh bencana gempa yang terjadi di Lombok. Untuk meredakan keadaan, konfirmasi sudah disampaikan beragam pihak dan menyatakan bahwa isu tersebut hoax dan warga Sukabumi
1. Kabar tak jelas
Kabar tak jelas alias hoax perihal gempa besar 8 SR tersebut sebenarnya tak hanya melanda Sukabumi, tapi seluruh Jawa Barat. Hoax itu menyebutkan agar warga Sukabumi bersiap-siap karena gempa besar akan muncul, namun waktunya tidak diketahui kapan.
BACA JUGA:
Gempa susulan 814 kali di Lombok, 5 fakta gempa Lombok netizen Sukabumi mesti tahu
Hidup manusia 6 tahun untuk mimpi, ini 5 faktanya untuk gen YZ Sukabumi
Logo Firefox bukan serigala, ini 5 fakta teknologi mengejutkan buat netizen Sukabumi
2. Meresahkan warga
Tentu saja kabar itu membuat warga Sukabumi khawatir. Bahkan, termakan isu hoax diberitakan serombongan warga Sukabumi datang langsung menanyakan kebenaran isu tersebut ke Bandung. Mereka berangkat menghadiri acara Geoseminar yang membahas keaktifan Sesar Lembang di Bandung, Jumat, 6 September 2018. Tujuannya mencari kejelasan soal ancaman gempa besar serta keaktifan Sesar Cimandiri.
3. Apa itu Sesar Cimandiri
Eksistensi Sesar Cimandiri diduga bakal menjadi pemicu gempa besar di Sukabumi. Sesar Cimandiri menurut peneliti gempa di Pusat Survei Geologi, Asdani Soehaimi cukup panjang dari mulai Pelabuhan Ratu, masuk ke selatan Cianjur, Padalarang, lalu ke Lembang. Bagian sesar atau patahan di Padalarang termasuk naik pun Sesar Cimandiri.
Berdasarkan buku Peta dan Sumber Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017, Sesar Cimandiri terbagi menjadi tiga segmen berarah barat-timur. Bagian paling barat yang dekat Samudera Hindia, pergerakan sesarnya tercatat 0,55 milimeter per tahun. Maksimal besaran gempanya dihitung bermagnitudo 6,7.
Segmen kedua Sesar Cimandiri yang disebut Nyalindung-Cibeber, melaju 0,4 milimeter per tahun. Maksimal besaran gempanya dihitung bermagnitudo 6,5. Segmen terakhir yang melintasi daerah Rajamandala, Kabupaten Bandung Barat, pergerakan sesarnya 0,1 milimeter per tahun. Maksimal besaran gempanya dihitung bermagnitudo 6,6.
4. Tak perlu khawatir
Seorang pembicara seminar lainnya dari Geodesi ITB, Irwan Meilano menambahkan, yang membuat orang jadi panik adalah ketidak tahuan lalu ketika mencari informasi dapat yang salah. Dia mengatakan Sesar Cimandiri tergolong aktif dan perlu diwaspadai, termasuk dampaknya yaitu longsor. Tapi soal isu gempa besar itu adalah hoax.
Lagipula para ahli gempa di dunia belum ada satu pun yang bisa memprediksikan secara berulang kali dengan pasti, kapan dan di mana suatu gempa akan terjadi.
5. Meramal terjadinya gempa
Upaya peramalan terjadinya gempa sebenarnya telah lama dilakukan di berbagai negara demi menghindari kematian dan korban luka secara massal. Di Jepang, pada masa kerajaan di akhir abad ke-19 dilakukan pengamatan kondisi alam hingga perilaku binatang. Namun para ahli dan peneliti gempa sedunia sejauh ini belum pernah ada yang sukses, pun setelah mengerahkan teknologi dan metode terbaru.
Cina memang pernah sukses memprediksi gempa Haicheng yang bermagnitudo 7,5 pada 4 Februari 1975. Proses peramalan sejak medio Desember 1974 itu berhasil memindahkan penduduk beberapa jam sebelum gempa. Hampir 90 ribu orang selamat, sementara kota hampir hancur total. Tapi keberhasilan itu hanya sekali.
So, menghadapi hoax tentang gempa, kita memang mesti waspada namun tak perlu khawatir berlebihan ya, Gaess! (dari berbagai sumber)