Pilot sempat melaporkan adanya masalah flight control pada ketinggian 1.700 kaki.
Pesawat Boeing 737 MAX 8 yang dipakai maskapai Lion Air dalam penerbangan bernomor JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang diketahui baru bergabung kurang-lebih dua bulan sebelum mengalami kecelakaan, atau pada Agustus 2018, Senin (29/10/2018).
Pesawat itu juga bermasalah semalam sebelum terbang dan terjun ke perairan Karawang, Jawa Barat. Mengapa bisa?
1. 800 flight hours
Jam terbang Boeing 737 MAX 8 belum terlalu tinggi. Pesawat nahas itu bisa masuk kategori baru, dengan jam terbang masih sekitar 800 flight hours.
2. Sempat mendapat perbaikan
Sebelum berangkat dari Jakarta menuju Pangkalpinang. Pesawat sempat mendapat perbaikan, Minggu (28/10/2018) malam, setelah mendapat laporan adanya gangguan teknis pesawat.
Pesawat ini terakhir terbang dari Denpasar menuju Cengkareng, dalam posisi dirilis untuk terbang. Walaupun ada laporan masalah teknis, tetapi sudah dikerjakan sesuai dengan prosedur maintenance yang dikeluarkan oleh pabrikan pesawat
3. Denpasar-Jakarta
Sehari sebelum mengalami kecelakaan, pesawat tersebut bertolak dari Denpasar ke Jakarta, pesawat ini bertolak pada pukul 22.21 Wita, padahal dijadwalkan take off pukul 19.30 Wita. Pesawat itu mendarat di Jakarta pada pukul 22.56 WIB.
4. Pilot meminta naik ketinggian 5.000 feet
Pada jam 06.22 WIB, pilot Lion Air JT 610 Bhavye Suneja sempat melaporkan adanya masalah flight control pada ketinggian 1.700 kaki. Pilot meminta naik ketinggian 5.000 feet. Jakarta Control mengizinkan pesawat naik ke 5.000 feet.
Berikut ini kronologi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 yang disampaikan KNKT:
Pukul 06.20 WIB
Pesawat berangkat dari Jakarta dan diperkirakan tiba di Pangkalpinang pada pukul 07.20 WIB.
Pukul 06.22 WIB
Pilot menghubungi Jakarta Control dan menyampaikan permasalahan flight control saat terbang pada ketinggian 1.700 feet dan meminta naik ke ketinggian 5.000 feet. Jakarta Control mengizinkan pesawat naik ke 5.000 feet.
Pukul 06.32 WIB
Jakarta Control kehilangan kontak dengan pesawat bernomor registrasi PK-LQP itu.
Pukul 08.00 WIB
KNKT menerima informasi dari pihak Lion Air mengenai kejadian dimaksud. KNKT membentuk command center di kantor KNKT, untuk berkoordinasi dengan pihak Lion Air, Basarnas, AirNav Indonesia, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, BPPT, Pelindo II, BMKG, otoritas Pelabuhan Tanjung Priok, dan pihak lain.
Pukul 08.30 WIB
Ketua KNKT dan investigator KNKT bergabung dengan Kepala Basarnas di posko Basarnas, Kemayoran, Jakarta.
Pukul 09.40 WIB
Tim investigator KNKT menuju Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara, untuk berkoordinasi dengan BPPT guna pemakaian kapal Baruna Jaya IV dalam pencarian lokasi jatuh pesawat dimaksud. Kapal Baruna Jaya IV memiliki peralatan Multi Beam Sonar.
Pukul 10.00 WIB
Ketua KNKT bersama Kepala Basarnas melakukan konferensi pers mengenai kepastian informasi pesawat jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.
Pukul 10.30 WIB
Tim investigator KNKT menuju ke Bandara Soekarno-Hatta untuk mengumpulkan data penerbangan di AirNav Indonesia dan Lion Air.
Pukul 10.56 WIB
KNKT melakukan koordinasi dengan pihak BMKG terkait kondisi cuaca.
Pukul 13.30 WIB
KNKT mengirimkan occurrence notification kepada pihak ICAO (International Civil of Aviation Organization), Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, US NTSB (National Transportation Safety Board), dan India AAIB (Aircraft Accident Investigation Bureau).
Pukul 14.00 WIB
Tim investigator KNKT menuju Pelabuhan Tanjung Priok untuk berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut guna pemakaian KN Enggano, dengan membawa pinger locator milik KNKT untuk mencari lokasi jatuh pesawat dimaksud.
Dalam investigasi ini, KNKT menerima tawaran kerja sama dan bantuan dari pihak Singapura TSIB (Transport Safety Investigation Bureau) dan Malaysia AAIB (Air Accident Investigation Bureau).
5. Jatuh di Karawang
Pukul 06.32 WIB, Jakarta Air Traffic Controller (Jakarta Control) kehilangan kontak dengan pesawat PK-LQP tersebut. Pesawat kemudian dipastikan jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat. (dari berbagai sumber)