Misi mulia melestarikan kuliner asli Sukabumi baik tradisional maupun kolonial.
Selabintana, jika mendengar kata yang satu ini disebut, maka kita akan terbayang sebuah lokasi yang indah dan berhawa sejuk di utara Kabupaten Sukabumi ya, Gaess.
Tidak heran jika kemudian komunitas Kukis memilih Selabintana sebagai lokasi mereka mengadakan gathering yang diikuti para anggotanya. Lantas, adakah kedekatan sejarah antara komunitas Kukis dengan Selabintana? Eh ya, Komunitas Kukis apaan sih?
Nah moms and sist, berikut lima info seputar komunitas Kukis dan kedekatan sejarahnya dengan Selabintana.
1. Selabintana favorit keluarga sejak dari zaman baheula
Selabintana merupakan salah satu tempat wisata favorit baik warga maupun dari luar Sukabumi. Sejak zaman kolonial wilayah ini, terutama resortnya terkenal dengan suasananya yang sejuk dan juga indah. Sehingga wajar ya, Gaess, tempat ini menjadi lokasi favorit masyarakat saat hari libur.
“Selabintana sejak dulu menjadi tempat favorit untuk dikunjungi, dari mulai Susuhunan Pakubuwono X, seorang raja Jawa yang dikenal nyentrik karena mempunyai 39 selir, dan perundingan Selabintana antara Hindia Belanda (Indonesia) dengan Jepang yang melibatkan Kobayashi, Menteri Perdagangan dan Industri Jepang dan HJ van Mook yang berujung pada terjadinya perang Pasifik,” ujar Ketua Yayasan Dapuran Kipahare Irman “Sufi” Firmansyah kepada sukabumiXYZ.com.
Bahkan, lanjut Irman, Selabintana juga menjadi tempat favorit Dw Berrety, seorang pengusaha media dan pemilik Villa Isola, yang meninggal karena kecelakaan pesawat. Pengusaha flamboyan itu selalu ingin membawa teman-temannya yang kebanyakan kaum Hawa.
“Pada era pra kemerdekaan Indonesia, Selabintana juga pernah menjadi setting film Musim Bunga di Selabintana yang diperankan Iskandar Sucarno sebagai Dr. Kusuma, bersama sang istri bernama Suratni (Ida Prijatni), dan Chatir Haro yang memerankan pengacara bernama bernama Natawijaya SH.,” tambah Irman lagi.
2. Sejarah singkat Selabintana
Nah moms, dari sisi sejarah, Ketua Yayasan Dapuran Kipahare Irman “Sufi” Firmansyah mengatakan, kegiatan tersebut diadakan di Selabintana menjadi pertimbangan sangat menarik.
“Konon kata Selabintana berasal dari buah Sala (Couropita Guianensis) yang berkhasiat untuk obat penyakit malaria dan demam berdarah, sedangkan bintan adalah pohon kayu yang akarnya biasa digunakan untuk obat cuci perut jika dicampur pinang,” kata Irman.
Namun, ada pula pendapat bahwa dulunya didekat resort tersebut ada makam yang disebut makam Eyang Selabintana yang menurut penduduk setempat sebagai pembuka alas pertama yang bermukim di kawasan yang dikenal sejuk itu.
“Selabintana sebelumnya merupakan areal hutan tropis yang sebagian digunakan sebagai pusat kesehatan. Awalnya sekitar 1890an merupakan cabang sanatorium Selabatu, namun kemudian berdiri sendiri tanpa nama saat dimiliki Dr Van Teijn,” imbuh Irman.
Irman menambahkan, sekira tahun 1900an pemilik Hotel Victoria yaitu AAE Lenne membeli areal tersebut dan dijadikan sebuah hotel. “Keluarga Lenne saat itu mengelola tiga hotel besar yaitu Victoria, Selabatu dan Selabintana. Hingga pada tahun 1925 pengelolaannya diserahkan kepada L. Rossbacher yang kemudian membeli Selabintana bahkan Hotel Selabatoe pada tahun 1930.”
Meskipun demikian, kata rman lagi, mereka masih bekerjasama dengan keluarga Lenne hingga kemudian Jepang masuk ke Indonesia. “Kolam renangnya sendiri dimodernisasi pada 1934 ditambah fasilitas lain seperti lapangan golf dan tennis. Bahkan, dulu ada olahraga berkuda untuk hiburan masyarakat dan pacuan kudofesional.”
BACA JUGA:
Apun Gencay, widadari ti Cikembar Sukabumi pemicu tewasnya Bupati Cianjur
Semerbak si ‘emas hitam’ membius dunia, 5 fakta sejarah Kopi Sukabumi gen XYZ mesti bangga
3. Komunitas Kuliner Kipahare Sukabumi
Alasan tersebut pula yang membuat komunitas Kuliner Kipahare Sukabumi (Kukis) yang bernaung di bawah Yayasan Dapuran Kipahare, melakukan gathering di Selabintana. Iklimnya yang dikenal sejuk, tentu saja cocok untuk dijadikan tempat cicip mencicipi aneka kuliner.
“Selabintana merupakan tempat cocok karena di masa kolonial juga menjadi pusat produksi makanan lezat dan berkelas. Kegiatannya dilangsungkan hari Minggu (23/12/2018), diisi dengan display kuliner karya para anggota, yang bisa langsung dinikmati peserta maupun undangan. Kegiatan ini juga didukung Mobil Penyuluhan Binmas Polisi yang standby menghibur para pengunjung Selabintana saat liburan,” kepada sukabumiXYZ.com, ketua Kukis Yani Tan bertutur.
4. Bagaimana menjadi member Kukis?
Komunitas Kukis terbuka bagi siapapun yang ingin bergabung. Di komunitas ini pula anggotanya bisa saling share resep aneka macam kuliner. Karenanya, semua member grup Facebook-nya bebas mem-posting hidangan masakan dan kue sehari hari baik tradisional maupun Internasional, yang penting harus disertai resep.
“Selain itu, member juga akan diberikan latihan bersama dalam jangka waktu fleksibel sesuai kesepakatan sesama member Kukis. Komunitas Kukis juga terbuka untuk umum, pria dan wanita” jelas Yani Tan.
Oya, moms and sist, Kukis ini memiliki misi mulia lho, salah satunya yakni melestarikan kuliner asli Sukabumi baik tradisional maupun kolonial.
5. Kemana mendaftar jadi member Kukis?
Nah Gaess, itulah fakta-fakta menarik tentang Selabintana ya, Gaess. Semoga bisa menjadi salah satu alasan para pengunjung untuk datang ke Selabintana.
Silakan datang berkunjung, jangan lupa menikmati kuliner khas Sukabumi. Bagi yang ingin bergabung dengan Komunitas Kukis, bisa join grup Facebook Kukis (Kuliner Kipahare Sukabumi).
Selamat berlibur.