Kabupaten Sukabumi berada di posisi dua dengan jumlah kasus stunting tertinggi di Provinsi Jabar setelah Kabupaten Garut.
Masalah stunting atau gizi buruk masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yang besar bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi. Sebenarnya ini bukan hanya urusan pemerintah, tetapi juga kalian generasi XYZ Sukabumi juga mesti peduli dengan hal ini.
Nah, seberapa ngeh kalian dengan masalah stunting di Kabupaten Sukabumi? Berikut lima informasi yang dirangkum redaksi Sukabumixyz.com dari berbagai sumber.
[1] Tingkat stunting di Kabupaten Sukabumi tinggi
Informasi ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Sri Sudartini. Dalam sebuah kesempatan di Sukabumi, Kamis (25 April), Sri mengungkapkan Kabupaten Sukabumi masuk dalam daftar 14 kabupaten yang memiliki tingkat stunting yang tinggi di Provinsi Jabar.
“Seperti yang kita ketahui bahwa ada 14 kabupaten yang menjadi lokus stunting di Jawa Barat dan Kabupatan Sukabumi masuk di dalamnya, bahkan masuk dalam kategori tinggi,” ungkap Sri seperti dikutip dari Sukabumiupdate.com.
[2] Kab. Sukabumi posisi kedua terburuk se-Jabar
Informasi yang dirangkum dari berbagai sumber, angka stunting di Jabar mencapai 29,2 persen atau 2,7 juta balita. Jumlah itu tersebar di delapan kabupaten dan kota yang memiliki prevalensi stunting masih tinggi.
Di antara wilayah-wilayah itu adalah Kabupaten Garut (43,2 persen), Kabupaten Sukabumi (37,6 persen), Kabupaten Cianjur (35,7 persen), Kabupaten Tasikmalaya (33,3 persen), Kabupaten Bandung Barat (34,2 persen), Kota Tasikmalaya (33,2 persen), Kabupaten Majalengka (30,2 persen), dan Kabupaten Purwakarta (30,1 persen).
BACA JUGA: Ngeri Gaess, Sukabumi daerah dengan kasus stunting tertinggi kedua di Jawa Barat
[3] Apa itu stunting?
Stunting bukanlah masalah baru, sudah sejak lama menjadi perhatian pemerintah Indonesia dari tingkat pusat sampai daerah. Stunting alias gizi buruk adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh buruknya asupan gizi anak dalam jangka waktu yang cukup lama.
Stunting menyebabkan kondisi gagal tumbuh pada anak yang mengakibatkan tinggi atau panjang badan anak yang tidak sesuai dengan dengan umur (TB/U) sehingga anak terlihat jauh lebih pendek (kerdil) daripada teman-teman seusianya. Dampak selanjutnya, penderita stunting akan mengalami kemampuan kognitif menurun, daya tangkap berkurang, mudah sakit dan fungsi tubuh tidak seimbang.
[4] Solusi dari Dinkes Jabar
Dari pihak DInkes Jabar, salah satu upaya penyelesaian masalah stunting dijelaskan oleh Sri Sudartini yaitu menggunakan pendekatan melalui 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Solusi tersebut dilakukan dengan pendekatan di mulai sejak anak dalam kandungan atau kepada ibu hamil.
“270 hari pertamanya itu di mulai sejak anak dalam kandungan. Bagaimana ibu yang hamil tersebut harus menjalani empat kali pemeriksaan dan juga dipastikan menerima minimal 90 tablet tambah darah selama masa kehamilan,” ujar Sri.
[5] Empat kecamatan dan 10 desa bebas stunting
Tak semua daerah di Sukabumi memiliki masalaha dengan stunting. Dalam acara peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) pada 22 April lalu, empat kecamatan dan 10 desa di Kabupaten Sukabumi justru mendapat penghargaan dalam komitmen penanggulangan stunting di tahun 2018.
Empat kecamatan itu adalah, Kebonpedes, Cidahu, Bantar Gadung dan Palabuanratu. Sementara untuk 10 desa adalah Pondokkasotengah, Kebonpedes, Bantargadung, Mangunjaya, Bojonggaling, Limusnunggal, Bantargebang, Boyongsari, Pasirsuren dan Cidahu.
Lalu, bagaimana dengan daerah tinggalmu, Gaess? Carilah tahu dan peduli ya, Gaess!
[dari berbagai sumber]