Hari tanpa kalangkang bakal terjadi di Sukabumi pada tanggal 11 Oktober 2019 tepatnya pukul 11:39:10 WIB, dan di Pelabuhan Ratu pada tanggal 11 Oktober 2019 tepatnya pukul 11:40:40 WIB.
Yang namanya fenomena alam memang gak ada batasnya ya, Gaess. Ada saja fenomena terbaru yang bias membuat kita terkaget-kaget mendengarnya. Ini contoh teranyar, Gaess. Selama ini yang kita tahu kalau siang pasti ada bayangan alias kalangkang sebagai efek dari matahari yang menyinari bumi. Nah, bagaimana kalau ternyata tak semua hari (siang) ada banyangan. Ada juga fenomena alam yang disebut “hari tanpa bayangan.”
Waduh, fenomena apa itu ya, Gaess? Cek lima fakta yang dirangkum redaksi sukabumiXYZ.com dari berbagai sumber berikut.
[1] Jabar akan Alami hari tanpa bayangan bulan ini
Indonesia, termasuk di dalamnya Jawa Barat, akan mengalami fenomena alam bernama kulminasi atau hari tanpa bayangan antara tanggal 9 sampai 13 Oktober 2019. Menurut Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung pada BMKG, Tony Agus Wijaya, fenomena hari tanpa banyangan tidak secara langsung memengaruhi suhu atau cuaca yang biasanya memang panas pada musim kemarau ini.
“Itu hal yang rutin tiap bulan Oktober. Saat tanggal 11 September 2019 (kulminasi di Bandung), suhu relatif sama dengan suhu tanggal 9 September 2019,” kata Tony seperti dikutip dari Antara.
[2] Apa itu hari tanpa bayangan?
Hari tanpa bayangan mempunyai beberapa istilah lain seperti kulminasi, transit, atau istiwa. Menurut Tony Agus Wijaya, hari tanpa bayangan adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit.
Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai Kulminasi Utama. Pada saat it lah matahari akan tepat berada di atas kepala orang atau benda atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat menghilang karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari saat terjadinya kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan.
Selain itu, hari tanpa bayangan juga terjadi karena bidang ekuator bumi atau bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi bumi, sehingga posisi matahari dari bumi akan terlihat berubah terus sepanjang tahun antara 23,5o LU sampai 23,5o LS. Hal ini disebut sebagai gerak semu harian matahari.
[3] Hari tanpa bayangan di Sukabumi
Mengingat posisi Indonesia yang berada di sekitar ekuator, kulminasi utama di wilayah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun dan waktunya tidak jauh dari saat matahari berada di khatulistiwa.
Untuk wilayah Sukabumi dan sekitarnya, hari tanpa bayangan diprediksi akan terjadi pada tanggal 11 Oktober 2019, tepatnya pada jam 11:39:10 WIB. Lalu, khusus untuk wilayah Pelabuhan Ratu dan sekitarnya hari tanpa bayangan juga akan terjadi di hari yang sama, 11 Oktober 2019, tepatnya pada pukul 11:40:40 WIB.
[4] Wilayah dunia lain yang juga alami hari tanpa bayangan
Nah, rupanya Gaess, tak hanya Indonesia saja yang menikmati hari tanpa bayangan. Sejumlah negara lain juga merasakan hal yang sama. Negara apa yang dimaksud? Seperti diungkapkan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bahwa hari tanpa bayangan ini bisa terjadi di semua tempat yang kira-kira berjarak 2.500 kilometer dari khatulistiwa.
“Daerah-daerah itu dikenal sebagai daerah tropis. Ada di Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan,” ujar Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto, awal September lalus eperti dikutip dari Antara.
[5] Btw, tahukah kamu bagaimana matahari bisa membuat?
Mengutip dari Science Learn, cahaya matahari bergerak dalam garis lurus hampir 300.000 kilometer per detik. Adapun sinar tersebut membutuhkan waktu lebih dari 8 menit untuk sampai ke kita. Bayangan bukanlah refleksi meskipun seringkali memiliki bentuk yang sama dengan objek.
Saat sampai ke bumi, maka sinar tersebut akan mengenai apapun. Objek benda yang dikenai kemudian akan menghasilkan bayangan apabila benda tersebut merupakan benda yang tidak bisa dilewati cahaya atau istilahnya adalah buram.
Bayangan juga mudah dilihat ketika berada di luar ruangan seperti di bawah sinar matahari pagi yang cerah. Saat berada di luar ruangan di mana hari cerah, kita bisa melihat bagaimana bayangan berubah sepanjang hari.
Hal tersebut karena posisi matahari di langit mempengaruhi panjang bayangan. Ketika matahari rendah di cakrawala, maka bayangan yang dihasilkan panjang. Tetapi ketika matahari tinggi di langit, bayang-bayangnya jauh lebih pendek.
Begitulah kira-kira penjelasan logisnya ya, Gaess. Terpenting adalah kita selalu waspada dengan berbagai fenomena alam yang belakangan semakin beragam dan kerapkali membuat terheran-heran.
[dari berbagai sumber]