EL Clasico jadi ajang pamer skill duo bintang masa depan asal Brasil, Malcolm vs Vinicius Junior!
Di depan pendukung fanatiknya, El Barca hanya mampu meraih hasil imbang 1-1 melawan rival abadi mereka, El Real. Tak hadirnya sang megabintang Lionel Messi di starting eleven, ditambah ia baru pulih dari cedera, disebut sebagai penyebab Los Cules gagal “berpesta” di Nou Camp.
Akibatnya, penentuan siapa yang lolos ke babak final Copa del Rey harus ditentukan pada laga kedua di Santiago Bernabeu, 28 Februari nanti. Berikut lima fakta laga el Clasico, Barcelona vs Real Madrid, babak semifinal pertama yang berlangsung Kamis (7 Februari) dinihari.
1. Efek Messi
Gaess, siapa sih yang mau membantah kalau Barcelona sangat tergantung kepada seorang Lionel Messi? Statistik laga EL Clasico Kamis (7 Februari) dinihari menjadi fakta yang tak terbantahkannya. Messi tak bermain sejak awal. Ia baru masuk di menit ke-63 dan statistik menunjukkan Barca tak dominan dalam hal ball possession alias penguasaan bola.
Dari sumber livescore.com, di sepanjang pertandingan Barca hanya menguasai 55% ball possession. Pahal biasanya Barca selalu menguasai bola di atas 60% dan Madrid cenderung bertahan dan melakukan serangan balik. Statistik lainnya, shoot on target Barca hanya 3 kali berbanding 2 kali yang dihasilkan EL Real. Artinya, serangan Barca tak setajam jika Messi bermain sejak awal dan dalam kondisi terbaiknya.
Nah secara keseluruhan, di laga itu Madrid bermain lebih offensif saat tak ada Messi. Walaupun ada beberapa kali aksi Malcom yang membuat keteteran Sergio Ramos dkk. Baru setelah Messi masuk di menit ke-63, serangan Barca menjadi lebih berbahaya, walaupun tak ada tambahan gol darinya.
Lagipula Messi terlihat sangat berhati-hati karena ia belum pulih benar dari cedera. Takut cedera lagi dia, Gaess!
2. Pamer skill Malcolm vs Vinicius Junior
Terlepas dari tidak hadirnya Messi sejak awal laga, el Clasico tetaplah el Clasico. Laga terbesar di Spanyol atau mungkin di Eropa itu tetaplah sengit. Salah satu poin menarik yang menjadi perhatian baik pecinta el Real maupun eL Barca adalah pamer skill dua bintang masa depan yang dimiliki kedua klub, Malcom dan Vinicius Junior.
Kebetulan sekali nih ya Gaess, keduanya berasal dari negeri para seniman sepakbola, Brasil. Keduanya punya posisi dan karakter yang sama sebagai gelandang serang dengan kecepatan tinggi dan skill di atas rata-rata. Bedanya, Malcom yang berusia 23 tahun dibesarkan oleh klub Corinthians, sedangkan Vinicius Junior yang lebih muda 3 tahun dididik di klub Flamengo.
Dalam laga el Clasico kemarin kedua bintang muda Brasil bermain dengan apik dan mengundang decak kagum penonton. Gol pertama Madrid yang dicetak Lucas Varquez di menit ke-6 berawal dari aksi ciamik Vinicius. Sementara Malcom berulang kali berusaha menerobos pertahanan Madrid dan akhirnya mampu mencetak gol penyama yang menyelamatkan muka Barca di kandangnya sendiri.
BACA JUGA:
Diputus kontrak saat hadiri pernikahan di Sukabumi, ini 5 pernyataan Lord Atep
Yakin Klopp lagi PHP-in si Pep? Kena salip baru tahu rasa tuh si Merah!
3. Seteru si bokong vs si kue pencuci mulut
Sisi unik lain dari laga el Clasico adalah seteru antara Los Cules versus Los Merengues. Kalian penggemar sepakbola pasti tahu kalau Los Cules merujuk pada fans el Barca. Sebaliknya Los Merengues adalah pecinta klub asal ibukota Madrid. Soal lainnya, kalian tahu gak Gaess bahwa ada fakta unik di balik sebutan Los Cules dan Los Merengues?
Nih ya, sebutan ‘Cules’ itu artinya ‘bokong’ alias ‘pantat.’ Lho kok bisa? Ada sejarah uniknya nih, ketika Barca masih berkandang di stadion Les Corts, karena stadion kecil setiap pertandingan selalu kelebihan kapasitas sampai-sampai pnonton duduk di tembok pagar. Nah, ‘bokong’ orang-orang orang yang duduk di tembok stadion dapat terlihat dari luar stadion, akhirnya julukan itu melekat sampai sekarang. Weleh!
Lalu soal sejarah julukan Los Merengues tak kalah uniknya . Merengues diambil dari kata ‘Meringue,’ yaitu kue pencuci mulut di Spanyol yang terbuat dari campuran telur dan gula, dan tentu saja berwarna putih.
Ceritanya, dulu kala hanya satu radio di Spanyol dan yang menyiarkan sepakbola. Namanya Radio Nacional de España dan sang pembawa acara sepakbola legendaris bernama Matías Prats adalah orang yang mempopulerkan sebutan Los Merengues, merujuk pada fans sepakbola klub yang berseragam putih-putih seperti kue Meringue. Hmm… baiklah!
4. Tumben, Suarez dan Ramos gak ribut
Satu hal lain yang menjadi perhatian para pecinta sepakbola adalah Luis Suarez dan Sergio Ramos yang tak “berkelahi.” Lho, kok bisa! Maklum Gaess, pertandingan sebesar el Clasico selalu memicu andrenalin dan kerap kali memancing emosi.Dan jujur saja, pertengkaran dalam sepakbola juga menjadi “tontonan” menarik tersendiri lho, ya asal tidak sampai benaran berkelahi saja.
Nah, dua pemain di kedua tim yang paling sering terpancing emosinya dan lalu berkelahi adalah striker el Barca, Suarez dan bek senior el Real, Sergio Ramos. Uniknya, di laga Kamis (7 Februari) dinihari, tumben kedua pemain tak terlihat bersitegang. Padahal benturan diu antara keduanya kerap terjadi sepanjang pertandingan.
Mungkin mereka takut kena kartu kuning atau merah ya, Gaess. Kalau sampai kena kartu terus mereka tak bisa bermain di laga kedua dan laga final, kan rugi mereka.
5. Efek CR7
Rasanya gak lengkap kalau bicara Messi dan el Clasico tapi tidak menyebut sang CR7. Ya, Cristiano Ronaldo memang sudah pergi ke Juventus, lalu ngaruh gak sih terhadap performa Messi dan sengitnya el Clasico? Jawabannya, jelas ngaruh banget Gaess. Apa saja indikator efek tak ada CR7 lagi di el Real.
Indikator pertama nih Gaess, lihat saja klasemen sampai pekan ke-22. El Real terpuruk ke posisi 3 dengan poin 42, selisih delapan poin dengan el Barca di posisi pertama. Les Merengues bahkan harus rela berada di bawah rival sekota, Atletico.
Lalu soal el Clasico Kamis (7 Februari) kemarin, itu merupakan kali kedua el Clasico tanpa CR7 terhitung sejak tahun 2007. Sejak pindah ke Juventus, el Clasico pertama tanpa CR7 terjadi pada hari Minggu 28 Oktober 2018 lalu. Walaupun tak berkurang sengitnya, tapi penonton tetap merasa ada yang hilang tanpa CR7. Hal itu bisa dimaklumi mengingat seteru Messi-CR7 yang melegenda.
Nah, pertanyaannya kini apakah Messi merindukan CR7 atau sebaliknya? Well entahlah, yang pasti CR7 sudah pernah mengundang Messi untuk hijrah ke Italia dan meninggalkan comfort zone-nya di Barca. Bersediakah Messi? Bagiamana menurutmu, Gaess? (dari berbagai sumber)