*The previous chapter: FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 12): Surat dari Brigith
————————————————————————
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
————————————————————————
“Iya ini aku, Richard,” ucap sosok itu seraya menyeringai.
“Fang! Apa yang kau lakukan di sini? Berbahaya!” Richard melihat ke luar pintu kantornya dengan panik, lalu menutup dan mengunci pintu dengan segera. Fang tersenyum geli.
“Kau tidak perlu khawatir. Semua aman terkendali di sini, tadi,” tandas Fang sambil menyandarkan tubuhnya pada meja kerja Richard.
“Kenapa kau ke sini?” Richard mengusap dagu dan keningnya yang berkeringat.
“Aku melihat ada segerombolan mafia mondar-mandir di lingkungan rumah Grace,” Fang menatap Richard lekat.
“Iya, aku baru saja menerima laporannya. Aku mencoba menghubungi Grace, namun tidak ada jawaban,” Richard mendesah pelan.
“Tentu saja dia tidak akan menjawab. Dia sedang berada di tempat yang jauh dari sini. Dia bersama Baboon.” Kata-kata terakhir Fang membuat Richard tertegun.
“Dia bersama siapa?” Richard mengerut kan keningnya.
“Ba-boon,” Fang mengulang dengan jelas nama yang diucapkannya.
“Jadi, dia mulai bergerak?” Richard terlihat cemas.
“Iya. Begitu juga dengan Shadow. Mereka sudah mulai mengerahkan anjingnya. Aku yakin, gerombolan mafia itu mencari rumah Grace yang asli. Tapi, seperti yang kita tahu. Sebagian besar rumah di Fifth Avenue terdaftar atas namanya. Karena itu mereka terus mondar-mandir mencari tempat yang pasti,” Fang bangkit, lalu berjalan menuju jendela.
“Dengan terang-terangan?” tanya Richard tidak percaya.
“Mereka bukan hanya mencari Grace, tapi juga menantang keluarganya,” ujar Fang sambil memperhatikan situasi di luar kantor Polisi.
“Keluarga?” Richard bingung.
“Iya, mungkin kau tidak tahu. Kalian hidup dalam dunia yang berseberangan. Aku yakin kau sudah mendengar rumor tentang Grace, dia bukan orang biasa,” ujar Fang seraya menelusuri halaman depan kantor polisi itu.
“Iya, aku tahu. Dia putri dari Brigith seorang wanita yang dikenal dengan julukan Black widow. Apa hubungan mafia kelas teri itu dengan keluarganya?” Richard semakin bingung. Fang terkekeh pelan.
“Mereka adalah keluarga pembunuh bayaran. Jangan bilang kau tidak tahu!” Mata Fang menatap Richard yang terlihat shock.
“Pem… Pembunuh bayaran?” Richard tergagap. Fang menyipitkan matanya.
“Kenapa kau begitu terkejut?” Fang mengerutkan keningnya.
“Aku tidak pernah berpikir sejauh itu. Aku mengenal keluarga mereka dengan baik. Mereka orang yang ramah dan hangat. Brigith juga wanita yang lemah dan anggun! Bagaimana mungkin dia seorang pembunuh bayaran?” Richard kembali mendesah.
“Semua orang juga pasti berpikir begitu. Julukan itu bukan semata berarti dia mampu menaklukkan banyak lelaki, kau tahu? Namun yang mungkin paling mengejutkan adalah surat yang dibuatnya sepuluh tahun lalu.”
“Surat sepuluh tahun lalu?” Richard menatap Fang meminta jawaban. Fang mengangguk pelan.
“Iya, itulah alasan aku datang kemari. Brigith mengirimkan surat pada orang-orang terdekatnya. Kecuali… Keluarganya,” Fang mengusap dagunya pelan.
“Kenapa?” Richard melipat tangannya di depan dada.
“Karena dia tidak ingin keluarganya terlibat dalam kemelut yang dihadapinya,” jelas Fang. Richard semakin bingung.
“Apa?” mata Richard menyipit. Ia berpikir keras.
“Dia mengetahui sebuah rahasia besar yang akan mengobrak-abrik dunia hitam di New York,” Fang diam sesaat. Matanya kembali menelusuri halaman kantor polisi itu.
“Kenapa kau terus memandang ke luar sana?” Richard turut melihat ke luar jendela.
“Aku hanya siaga. Lagipula, aku kemari hanya untuk memperingatkanmu,” ujar Fang menepuk bahu Richard.
BACA JUGA: #CerpenSukabumi: Sudah Mati!
“Memperingatkan apa? Ayolah, jangan membuatku takut. Kira sudah kenal lama, kau guruku!” Richard memandang Fang dengan tegang.
“Di dalam gedung ini, jangan pernah mempercayai orang yang menyeret kakinya saat berjalan. Itulah yang dikatakan Brigith padaku. Aku hanya tidak ingin kau terluka nantinya,” kata Fang sambil melangkah pergi meninggalkan Richard yang tertegun di dekat jendela.
“Tapi…” Fang mengangkat jari telunjuknya ke atas. Richard tidak jadi melanjutkan ucapannya.
“Simpan semua data penting untukmu saja, sampai semua jelas. Selalu membuat salinan rahasia dari setiap laporanmu untuk berjaga dari kemungkinan terburuk,” ucap Fang. Matanya tiba-tiba memandang keluar jendela, Richard langsung ikut melemparkan pandangannya. Namun saat ia berbalik, Fang sudah pergi.
“Menyeret kaki saat berjalan? Membuat salinan? Aarrgh! Grace! Sebenarnya apa yang terjadi!” Richard mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Pikirannya menerawang ke sana kemari. Kenyataan bahwa keluarga Grace adalah pembunuh bayaran mengusiknya. Ia bingung, jika suatu hari bukti tentang mereka terungkap, apa yang harus ia lakukan?
***
(Markas Baboon)
“Jadi, apa isi surat itu?” tanya Baboon. Einstein tersenyum kecil.
“Kau menerima satu surat juga, bukan?” Einstein terkekeh. Baboon mengangguk dan menjawab.
“Iya, aku menerimanya. Sebuah surat perpisahan yang tak terduga. Dia seolah meramalkan kematiannya,” Baboon tertunduk. Grace memandang tajam surat di dalam kotak yang sudah terbuka itu.
“Aku juga mendapatkan surat. Tidak, lebih tepatnya… Sebuah buku harian,” ucap Grace membuat semua mata tertuju padanya.
“Buku harian?” tanya Alice.
“Iya, itulah yang akan kuberitahukan pada kalian. Akan kujelaskan semua. Namun, itu akan sangat berbahaya, bukan hanya untukku, tapi untuk kalian semua juga. Apa kalian siap untuk menerima risikonya? Jika tidak, sebaiknya mundur dari sekarang,” ucap Grace begitu jelas dan tegas. Tidak ada keraguan dalam suaranya.
Semua saling memandang. Baboon mendesah pelan. Sementara Einstein tertawa terbahak.
“Jika aku ingin menyerah, tidak mungkin aku menyimpan surat itu selama sepuluh tahun, Nona!” Einstein menghampiri Grace dan menepuk pundaknya. Baboon tersenyum, ia memandang Brian, Kevin dan Alice untuk menunggu jawaban.
*to the next Chapter