*The previous chapter: #FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 22): Perjanjian darah dengan Don Marquez
————————————————————————
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
————————————————————————
“Apa kau sudah gila? Kau menghubungi wanita sinting itu? Ayah, bagaimana jika Anonymous tahu kau menghubungi wanita itu?” Rodrigo terlihat panik. Donny menatap putranya tanpa ekspresi.
“Kita hanya memiliki dua pilihan, anakku. Bertahan atau melawan. Jika kita bertahan, aku tidak yakin kau sanggup menjadi kacung dari kartel yang akan dipilih Shadow untuk menggantikan posisi kita. Dan jika kita melawan, mungkin kita bisa mempertahankan kartel ini untuk tetap di dalam posisinya, dan akan berperang dengan Shadow. Aku sangat yakin, Shadow akan berpikir ulang dan berhati-hati jika berurusan dengan The Royal’s.” Nada suara Donny terdengar serius. Rodrigo menghela napas panjang seraya memukul udara kosong.
“Sial!” umpatnya. Ia berjalan mondar-mandir tak tenang. “Apa yang ayah tawarkan?” tanya Rodrigo.
“Informasi,” jawab Donny singkat.
“Dan apa ada syarat khusus yang dia minta?” tanya Rodrigo lagi.
“Ada, dia minta perjanjian darah,” Donny menjawab dengan tenang. Rodrigo terlihat membelalakkan mata saking terkejutnya.
“Dan ayah menyetujuinya?” Rodrigo menatap ayahnya tak percaya. Donny mengangguk pelan.
“Kita tidak punya pilihan,” desah Donny.
“Apa ayah yakin ini pilihan yang tepat?” Rodrigo berjalan menuju sebuah kursi kecil di dekat jendela, lalu duduk dan memandang keluar.
“Semoga saja, Nak. Sebarkan kabar ini diam-diam. Suruh orang-orang bawah kita untuk sengaja menyebarkan kabar bahwa kita sekarang berada di bawah naungan The Royal’s. Dengan ini, untuk sementara kita aman,” ujar Donny sambil bangkit lalu berjalan ke arah pintu seraya mengeluarkan ponsel dari sakunya.
“Dan sekarang, aku akan menemui wanita itu untuk melakukan perjanjian darah. Selama The Royal’s belum mengumumkan pada semua jaringan bahwa kita berada dibawah naungan mereka, jangan membuat masalah,” tambah Donny membuka pintu, lalu pergi. Rodrigo menghembuskan napas dengan berat.
“Semoga berhasil ayah. Aku tidak ingin kartel ini hancur begitu saja setelah bersusah payah berada di posisi puncak,” Rodrigo mengelus dagunya. Matanya menatap kosong ke arah jalanan, pikirannya berkecamuk. Grace, nama yang sering dia dengar, wanita cerdas dengan kemampuan yang luar biasa. Namun ia tidak yakin rumor tentang Grace itu benar, ia hanya berpikir bahwa rumor itu sengaja disebarkan agar tidak ada yang mengganggunya. Karena ia yakin pernah berhadapan dengannya sebelum tragedi ini terjadi.
“Kita lihat saja, Grace. Apakah kau memang pantas memakai mahkota itu atau tidak.” Rodrigo berkata di dalam hati, sebuah senyum lemah terlihat tersungging di bibirnya.
***
“Maaf, boleh aku tanya sesuatu?” Alice menatap Grace tajam. Grace mengangkat alisnya.
“Tentu,” jawab Grace singkat.
“Apa itu… The Royal’s?” pertanyaan Alice terdengar polos untuk Grace.
“Itu julukan untuk keluargaku,” ucap Grace membuat Kevin dan Alice saling memanandang. Brian menyipitkan matanya.
“Bukankah keluargamu disebut Royal’s Family?” Brian bertanya dengan mulut penuh. Grace tertawa seraya menahan sakit dari pipinya yang lebam.
“Apa bedanya? The Royal’s… Royal’s Family… Tetap saja Royal’s.” Grace mencoba membuka mulutnya lebar-lebar untuk memakan satu suapan besar salad yang tersaji dipringnya.
“Ternyata kepulanganmu di New York cukup membuat gempar para pelakon dunia hitam,” ucap Baboon tiba-tiba. Semua mengangguk setuju, tidak terkecuali Einstein.
“Dan kau mendapat dua telepon dari orang tak terduga saat kau makan.” Einstein terkekeh, Grace melihatnya dengan geli.
“Ah, ini tidak seberapa. Seandainya kalian tahu, pamanku pernah mendapatkan telepon seperti ini setiap lima menit, hingga akhirnya dia memutuskan untuk membatasi panggilan masuk dengan mengganti nomornya. Karena aku anggota Royal’s Family terbaru, tak banyak yang mengenalku. Kau tahu, aku baru saja bergabung. Tapi, entah rumor apa yang beredar di luar sana tentang aku. Sepertinya, para kriminal mengenalku dengan baik.” Grace menjelaskan dengan mulutnya yang penuh. Kevin menggeleng,
“Kunyah dulu makanan di mulutmu, baru bicara!” bentaknya. Grace terlihat bingung. Brian dan Alice terkekeh geli.
“Hei, kau kenapa? Sepertinya kau salah memasukkan makanan ke dalam hidungmu! Tiba-tiba marah seperti itu. Kevin terdiam ia menggelengkan kepalanya lagi lalu kembali menyantap makanannya. Baboon dan Einstein tersenyum kecil. Namun, Prilly tiba-tiba muncul.
“Maaf nona, ini gawat!” Prilly berkata dengan panik. Grace menelan makanannya dengan cepat.
“Ada apa?” Perasaan Grace mulai tidak enak.
“Ayah anda…” Prilly terlihat pucat.
“Ayah? Ada apa dengan ayah?” Grace bangkit dari kursinya, kecemasan mulai terlihat dari wajahnya.
“Ayah Anda sekarang berada di rumah sakit dalam keadaan kritis. Saya baru saja menerima kabar dari Dr. Stone.” Jawaban Prilly membuat Grace lemas. Baboon dan Einstein sontak berdiri. Sementara ketiga rekannya yang lain bangkit dari tempat duduk mereka dan menghampiri Grace.
“Sial!” umpat Grace keras. ***
[bersambung]