*The previous chapter: #FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 23): Pertaruhan Don Marquez dan Grace
————————————————————————
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
————————————————————————
“Apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Baboon. Grace terdiam, wajahnya terlihat cemas. Namun Einstein dapat melihat bahwa Grace sedang berpikir keras.
“Aku dan Baboon akan keluar dan mencari tahu apa yang terjadi.” Einstein lalu menghampiri Grace dengan wajah serius. Grace mengangguk.
“Aku akan siapkan sopir untuk mengantar kalian,” ujar Prilly sambil membungkuk pamit dan pergi tergesa.
“Baiklah, aku akan segera ke rumah sakit. Brian, aku harap kau tetap di sini. Pergilah ke ruangan Selena, jika ada sesuatu yang ditemukan, hubungi aku segera.” Brian mengangguk, lalu bergegas ke lantai dua tempat Selena berada.
“Kami akan ikut denganmu,” ucap Alice sambil menepuk pundak Grace yang sedikit meringis karena pipinya yang masih terasa sakit.
“Mobil sudah siap. Volkov akan mengantarkan tuan-tuan ini. Dan Chuck akan mengantarkan…,” kata Prilly yang berhenti bicara saat Grace mengangkat tangannya.
“Aku akan menyetir sendiri,” kata Grace. “Apa Richard menelepon?” tanya Grace lagi.
“Tidak. Beliau tidak menelepon, Nona,” jawab Prilly.
Grace beranjak seraya meringis kesakitan. Einstein dan Baboon sudah terlebih dahulu pergi. Kevin dan Alice berjalan di belakangnya, lalu menunggu di luar. Grace sepertinya menelepon seseorang terlebih dulu sebelum mereka pergi. Kevin memandangnya sambil lalu.
Editor’s Picks:
Tak berapa lama, Grace muncul. Ia terlihat mengganti pakaiannya. Ia mengenakan kaus putih dan celana jeans biru. Rambutnya diikat ke atas, sebuah kaca mata berbingkai hitam tersemat di hidungnya.
“Cepat sekali kau mengganti bajumu,” sergah Alice terkekeh. Grace tersenyum lemah, memar di pipinya kini tidak terlihat. Kevin tertegun.
“Bagaimana memar itu bisa hilang?” tanya Alice lagi. Grace terdiam, lalu tertawa, namun kemudian ia meringis kesakitan.
“Make-up akan menutup kekurangan di wajahmu, kawan,” kata Grace seraya membuka pintu mobil dan duduk di belakang kemudi. Kevin dan Alice saling memandang, mereka mengikutinya dengan penuh tanya.
“Kau tahu? Kau terlihat terlalu santai untuk seorang wanita yang ayahnya terkena musibah,” kata Alice seraya mengerutkan keningnya dan menatap Grace tajam.
Grace mengangkat alisnya, lalu berkata, “Aku memang cemas, tapi aku yakin ayahku akan baik-baik saja. Dia bukan orang yang mudah mati. Yang lebih penting untuk saat ini adalah, kita harus cari tahu, siapa yang dengan sengaja menantang The Royals. Aku yakin, mereka bukan Shadow,” kata Grace sambil menyalakan mobilnya. Dan mobil itu pun melaju dengan kencang.
Kevin dan Alice termenung dan menatap kosong karena tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. Namun, saat mereka terdiam, Grace diam-diam berkata dalam hati kecilnya.
“Kalian menantangku rupanya,” batin Grace tersenyum seraya meringis kesakitan.
“Argh sial!” Grace tiba-tiba berseru.
Kevin dan Alice terhenyak. “Aku bisa menghilangkan memarnya, tapi kenapa tidak dengan sakitnya! Aaarghh!” gerutunya. Alice dan Kevin mulai tertawa dan lupa, bahwa mereka sebenarnya sedang mencemaskan ayah Grace.
[bersambung]