Hanya 2,03 persen setuju dengan materi ceramah radikal.
Departemen Kaderisasi Pemuda PP Dewan Masjid Indonesia (DMI) melakukan kerjasama dengan Merial Institute untuk mensurvei generasi muda Muslim.
Hasil survei menunjukkan jika generasi millenial Muslim membutuhkan variasi kegiatan sosial dan ekonomi di masjid. Mereka berharap masjid dapat dimanfaatkan lebih dari sekadar tempat ibadah salat. Meningkatnya harapan generasi muda umat Islam terhadap pengelolaan masjid perlu disambut gembira oleh berbagai pihak.
Untuk lebih jelasnya, simak kuy lima faktanya, Gaess
1. 66,4 persen
Hasil survei menunjukkan jika 66,4 persen pemuda Muslim tidak beribadah di masjid setiap hari. Sementara sisanya, 33,6 persen mengatakan selalu datang beribadah di masjid setiap hari.
2. Periode survei dan responden
Survei tersebut dilakukan terhadap generasi muda Muslim pada tanggal 17 hingga 21 Juli 2018. Jumlah responden sebanyak 888 orang pemuda Islam berusia 16-30 tahun.
BACA JUGA:
5 alasan munculnya tuntutan Jampang mekar dari Kabupaten Sukabumi
Eyang Santri dikunjungi tokoh nasional dan dunia, ini 5 fakta sesepuh Cidahu Sukabumi
Dari Sukabumi sampai Cianjur dan buron 22 tahun, 5 fakta penjahat legendaris Eddy Sampak
3. Kota yang di survei
Survei terhadap generasi muda Muslim ini dilakukan di 12 kota besar yakni Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Makassar, Medan, dan Palembang.
4. Harapan pemuda Muslim
Untuk pertanyaan lainnya yang disurvei, sebanyak 33,2 persen responden menganggap pengelolaan masjid saat ini telah mewakili aspirasi generasi muda. Mereka merasa perlu variasi kegiatan dan perbaikan dalam pengelolaan fasilitas di masjid.
Sedangkan 96 persen responden menganggap perlu kegiatan pengajian, zikir, tabligh akbar di masjid. Sedangkan 95 persen responden menganggap perlu kegiatan pendidikan seperti kursus dakwah, pelatihan imam, dan pesantren kilat di masjid.
Kabar baiknya, menjawab kekhawatiran berbagai pihak tentang masjid menjadi persemaian paham radikalisme, ternyata hanya 6,98 peresn responden mengaku pernah menemukan materi ceramah berisi ajakan untuk memusuhi agama dan etnis tertentu. Dan hanya 2,03 persen yang setuju dengan materi tersebut.
Dalam survei itu, kekhawatiran masjid digunakan untuk tujuan politik praktis juga masih ada, namun tidak terlalu signifikan. Hanya 15,65 persen responden pernah menemukan materi ceramah yang berisi ajakan politik praktis di masjid. Dan hanya 15,54 persen yang setuju dengan materi tersebut.
5. Masjid sebagai basis ekonomi
Sementara itu, sebanyak 73,9 persen responden membutuhkan kegiatan usaha di masjid baik dalam bentuk koperasi, minimarket ataupun warung. Sedangkan 67,3 persen responden merasa perlu diadakan kegiatan olahraga dan kebugaran di masjid.
Hasil survei di atas menunjukkan optimisme ya, Gaess. Artinya, walaupun jarang ke masjid, tetapi para pemuda Muslim memiliki harapan baik dan positif terhadap perkembangan syiar Islam ke depan.
Lalu, bagaimana dengan generasi millenial di Sukabumi, pada rajin ke masjid gak, Gengs? (dari berbagai sumber)