*The previous chapter: #FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 27): Penawaran
————————————————————————
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
————————————————————————
“Bagaimana? Apa kau bersedia membantuku?” Sebuah seringai terlihat di bibir kakek tua itu.
“Hari ini aku memiliki janji dengan salah satu kartel. Dia juga menawarkan kerja sama. Jadi… Menurutmu bagaimana? Sepertinya aku harus bertemu dengan mereka dulu. Baru aku akan memutuskan,” kata Grace dengan santai.
Kening Fujita mengerut. “Jadi, kau benar-benar akan bergabung dengan Domingo?”
“Ternyata kau tahu… Tapi, Entahlah, menurutmu?” timpal Grace tersenyum jahil.
“Kau menjengkelkan!” Fujita mendengus.
Grace masih tersenyum. Namun pintu yang terbuka mengalihkan perhatian semua orang yang berada di atap itu. Sosok Donny muncul, Fujita terlihat tidak senang.
“Apa ini? Aku kira akan ada perkelahian di sini,” sergah Donny tersenyum sinis. Tangannya memegang sebuah cerutu dan mulutnya mengeluarkan asap yang cukup pekat. Ia memandang Grace penuh tanya.
“Yah, aku juga berpikir begitu. Tapi pria tua ini, memberikan penawaran yang menarik!” ujar Grace berseri.
“Benarkah? Jadi, penawaran mana yang akan kau ambil?” tanya Donny.
Grace mengangkat sebelah alisnya. “Bagaimana jika kukatakan, keduanya?” jawab Grace sambil menatap langit seolah sedang berpikir.
Fujita dan Donny saling memandang. “Kau gadis gila!” umpat Fujita.
Grace tertawa. “Tidak, aku tidak gila. Bayangkan saja, kita bisa melawan Shadow bersama. Masing-masing punya tujuan yang berbeda, namun pada arah yang sama. Tidak perlu ada pertikaian lagi jika kita saling melindungi, dan menjaga, benar?” ujar Grace sambil memainkan liontin yang diambil dari dalam sakunya.
“Masuk akal,” timpal Donny. Ia mengelus dagunya seraya mengepulkan asap cerutu. Fujita juga terlihat sedang berpikir.
editor’s picks:
CerpenSukabumi: I have selulit, so what?
“Satu hal yang harus kalian tahu. Aku bukan pemimpin The Royals, tapi mereka akan mengikuti kemauanku. Aku sudah memiliki sebuah tim yang cukup hebat, namun kekuatanku masih kurang. Aku masih kalah dalam jumlah. Ribuan strategi tidak akan mungkin menang melawan jumlah yang sangat banyak. Shadow memiliki ratusan akar. Aku butuh lebih banyak kekuatan untuk menaklukannya. Karena itulah aku ingin membentuk Crown,” jelas Grace menyipitkan matanya seraya mengangguk pelan.
“Apa itu Crown?” tanya Alex tiba-tiba. Semua orang memandang Grace yang mendesah pelan.
“Itu hanya nama, jangan dipikirkan,” kata Grace sambil mengibaskan tangannya ke udara.
“Kenapa Crown? Kenapa bukan Light? Bukankah bayangan selalu dikalahkan cahaya?” Fujita terkikik, badannya yang kurus keriput bergerak naik turun.
“Haish! Tidak ada tawar menawar nama!” bentak Grace ekspresinya saat itu benar-benar tidak bisa diungkapkan, antara lucu dan menyeramkan. Semua yang hadir tertawa, bahkan semua pria bertato di sana terpingkal melihatnya.
“Baiklah. Jadi, kita setuju untuk membentuk sebuah aliansi?” Donny menjentikkan jarinya. Salah satu anak buah yang berada di belakangnya maju seraya menyerahkan sebuah liontin emas. Grace memicingkan matanya.
“Ini,” kata Donny menyerahkan liontin itu pada Grace yang dengan cepat menolaknya.
“Tidak. Aku sudah punya satu, aku tidak butuh barang seperti itu lagi. Kita akan melakukan kontrak dengan caraku,” pungkas Grace. Ia lalu memasukkan liontin miliknya ke dalam saku dan mengeluarkan sebuah belati. Semua orang memandangnya terkejut.
-To be continued-