Pussy Riot juga pernah bikin rusuh di ajang Olimpiade Musim Dingin 2014 di Sochi.
Sportizen Sukabumi yang nonton final Piala Dunia antara Prancis vs Kroasia semalam pasti ngeh dengan kejadian unik penerobosan lapangan. Sebanyak tiga orang perempuan dan seorang laki-laki berpakaian polisi menerobos masuk ke lapangan. Akibatnya pertandingan puncak yang dimenangkan Prancis itu sempat terhenti beberapa waktu.
Siapa pelaku penerobos lapangan itu? Rupanya mereka adalah grup band musik aliran punk bernama Pussy Riot, yang juga kumpulan aktivis yang memperjuangkan feminisme dan hak-hak kaum minoritas. Ini lima fakta unik tentang Pussy Riot yang menarik untuk sportizen ketahui.
BACA JUGA: Dulu menakutkan kini jadi label kaos gaul, 5 fakta teluh Jampang Sukabumi
1. Klaim bertanggung jawab Pussy Riot
Final Piala Dunia 2018 sempat terganggu setelah ada empat orang “menginvasi” lapangan mengenakan pakaian mirip polisi. Pussy Riot dengan cepat mengklaim bertanggung jawab dalam sebuah tweet yang berbunyi: “Saat ini, ada empat anggota band di final Piala Dunia.”
Band punk rock itu terkenal karena vokal terhadap pemerintah presiden Rusia Vladimir Putin dan pembelaan isu-isu hak-hak feminis dan LGBT. Mereka menyatakan diri sebagai oposisi dari pemerintahan Putin.
Pussy Riot pertama kali memperoleh perhatian global setelah menggelar konser kontroversial yang diadakan pada 2012 di dalam katedral Moskow. Hal itu kemudian dikutuk sebagai tindakan asusila oleh otoritas gereja Ortodoks. Tiga anggota kelompok kemudian ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara atas tuduhan kebencian agama, sebuah vonis yang akhirnya diprotes oleh para aktivis hak asasi manusia.
BACA JUGA: Cileuleuy lebih terawat dari Cicatih-Cibeber, 5 fakta sungai di Cicurug Sukabumi
2. Tuntutan Pussy Riot
Dalam unggahan di Facebook, Pussy Riot membuat serangkaian tuntutan menyusul aksi penerobosan pertandingan Prancis vs Kroasia. Berikut tuntutan mereka:
(1) Biarkan semua tahanan politik bebas. (2) Bukan memenjarakan orang karena alasan “suka”. (3) Hentikan penangkapan ilegal atas unjuk rasa. (4) Biarkan persaingan politik di negara ini. (5) Tidak membuat tuduhan kriminal dan tidak membuat orang di penjara tanpa alasan. (6) Ubah polisi duniawi menjadi polisi surgawi.
3. Siapakah Pussy Riot?
Pussy Riot adalah sebuah grup musik punk rock wanita asal Moskow, Rusia, yang dikenal karena pentas pertunjukan dadakan politik provokatifnya mengenai kehidupan politik Rusia di lokasi-lokasi yang tidak biasa, seperti di atas sebuah bis, di halaman gereja, atau pada perancah di Moscow Metro.
Band Pussy Riot dikenal vokal menyuarakan berbagai isu sosial, mulai dari LGBT, Anti-Putin, tentang kediktatoran dan lain sebagainya. Pada tanggal 21 Februari 2012, empat anggota grup musik ini menggelar pertunjukan di depan Katedral Kristus Juru Selamat di Moskow, yang merupakan gereja Ortodoks terpenting di ibukota Moskow. Pertunjukan ini mereka namakan “Doa Punk” dan menunjukkan aksi mereka yang menentang kembalinya Vladimir Putin yang kala itu menjabat perdana menteri, untuk memegang jabatan presiden.
BACA JUGA: Gaess, ini dia 5 hal yang diingat warga Jakarta jika disebut Sukabumi
4. Didukung banyak musisi dunia
Walaupun dinilai kontroversial di negaranya, namun Pussy Riot rupanya mendapat dukungan dari luar negeri. Sejumlah musisi dunia mendukung gerakan Purry Riot. Mereka di antaranya Kate Nash, Red Hot Chili Peppers, Sting, John Cale, Peter Gabriel, Cornershop, Faith No More, Alex Kapranos dari Franz Ferdinand, Neil Tennant dari Pet Shop Boys, Patti Smith, The Beastie Boys, Madonna, Courtney Love, Björk, Paul McCartney, Yoko Ono, dan lain-lain.
Politisi dunia juga banyak yang mendukung Pussy Riot. Salah satunya adalah Menteri Luar Negeri Jerman, Guido Westerwelle meminta Rusia agar memperhatikan kebebasan seni. Di Moskow juga muncul aksi-aksi solidaritas bagi ketiga anggota Pussy Riot. Sejumlah warga Rusia menganggap kasus itu sebagai upaya pemerintah untuk “membungkam” kritikan.
BACA JUGA: 5 info akhir Juli 2018 ada penerimaan PNS baru, warga Sukabumi berminat?
5. Ciri telanjang sampai topeng warna warni
Kelompok Pussy Riot mempunyai beberapa ciri khas saat melakukan aksi pertunjukan atau protesnya. Sebagai kaum feminis, mereka kerap melakukan protes tentang eksploitasi wanita dengan cara memakai baju minim, bahkan memamerkan payudaranya. Salah satu aksi yang kontroversial mereka adalah melakukan aksi telanjang di depan Vladimir Putin.
Selain demo tanpa baju, Pussy Riot juga mempunyai trademark memakai topeng warna warni dalam berbagai pertunjukan atau aksi protesnya. Topeng warna warni itu merupakan salah satu simbol kaum LGBT yang mereka perjuangkan.
Namun demikian, faktanya eksistensi Pussy Riot tak begitu disukai oleh warga Rusia. Menurut sebuah survei, hanya sekitar 6 persen saja yang mendukung Pussy Riot. Untuk diketahui, Rusia adalah satu negara paling relijius di Eropa. Mayoritas warga negara Rusia memeluk agama Katholik Ortodok. (dari berbagai sumber)