Bentuk Bumi seperti donat, ada lubang di bagian tengah. Hmm?
Para penganut teori “bumi datar” yang beberapa tahun belakangan ramai menjadi trending di medsos tak perlu berkecil hati. Pasalnya, kalian punya lawan sepadan nih, penganut teori “bumi donat.” Waduh, teori apa lagi tuh? Penasaran?
Berikut lima penjelasan perihal teori “bumi donat!”
1. Berawal dari seseorang bernama Varaug
Bagaimana asal mula tiba-tiba muncul teori “bumi donat?” Rupanya semua berawal pada sekitar tahun 2012. Tersebutlah seseorang bernama Varaug yang mengungkapkan teori “bumi donat” dalam sebuah forum diskusi Flat Earth Society.
Seperti dilansir dari ladbible.com, Varaug berkata: “Saya memiliki teori bahwa bumi sebenarnya berbentuk torus (bentuk donat). Namun, cahaya melengkung sehingga kita tidak bisa membuktikannya.”
2. Jika berbentuk donat, mana lubangnya?
Menjawab pertanyaan itu, Varaug berdalih, ”ketika kita melihat ke seberang, cahayanya berkurang saat ia bergerak, dan pada saat ia mencapai atmosfer, cahaya berkurang karena direfleksikan. Cahaya kemudian akan mengenai sudut atmosfer yang lain dan seterusnya sehingga ia akan melengkung setiap waktu. Itulah sebabnya, lubang donat tidak pernah ditemukan.”
Wadah, njelimet dan tidak jelas..hihi.
BACA JUGA:
Ada “bulan hantu” mengelilingi Bumi, ini 5 info gen XYZ Sukabumi mesti tahu
Sesar Palu Koro picu tsunami, Sukabumi waspadai Sesar Cimandiri, ini 5 faktanya
Milenial Sukabumi, ini 5 fakta tentang waktu yang bisa bikin kamu pusing
3. Lalu, bagaimana proses terjadinya siang malam jika bumi berbentuk seperti donat?
Menjawab pertanyaan itu, Varaug meminta kita untuk meletakkan sebuah obor horizontal di atas meja dan menyalakannya. Kemudian kita bisa meletakkan donat di sisi obor dengan lubang donat tegak lurus dengan obor. Sisi yang diterangi obor ialah siang hari. Lebih dari 24 jam, donat melakukan satu revolusi lengkap. Ketika donat berputar setengah jalan (Matahari mengelilingi Bumi) berarti ia telah mengalami perputaran 12 jam.
Lalu, soal gravitasi Varaug menjawab dengan sederhana, “Bayangkan (sebuah) donat berselai. Gravitasi itu seperti selai di atas donat (menempel),” tuturnya. Untuk membayangkannya saja malas kan ya, Gaess..hihi.
4. Para ahli astronom kritik teori “bumi donat”
Walau terkesan seperti lelucon, teori “bumi donat” juga mendapat kritikan dari berbagai pihak. Seorang astrofisikawan, Dr Tabetha Boyajian, menyatakan teori ini tidak dapat dikatakan ilmiah, mulai dari dasar pencetusannya. Varaug dinilai gagal membentuk istilah yang konsisten sebagai hipotesis. Padahal, hipotesis menjadi bagian penting dalam proses penelitian ilmiah. Banyak pertanyaan yang tidak bisa dijelaskan menggunakan teori “bumi donat” ini.
Selain itu, seorang profesor dari Oxford, Anders Sandberg, mempelajari lebih lanjut tentang model “bumi donat” ini. Senada dengan yang disampaikan Boyajian, Sandberg juga menyebutkan teori ini tak berdasar ilmiah dan akan ada banyak perbedaan yang terjadi.
5. Beda teori bumi donut dengan bumi datar
Lalu, apa beda antara teori “bumi datar” dan “bumi donat?” Teori bumi donat ini tidak memiliki teori lain yang menjadi dasar kuat. Masih mending teori “bumi bdatar” yang yang didukung oleh teori bandul dari Foucoult.
Lalu, apa persamaan di antara kedua teori bumi itu? Keduanya sama-sama dianggap hanya sebagai lelucon dan wacana politik semata. Kalian pasti ingat kan betapa teori “bumi datar” menjadi dagangan politik beberapa waktu lalu di negara kita.
Anyway Gaess, sekonyol apapun sebuah teori tentang bumi, ia masih mempunyai manfaat yang positif buat kita, yaitu membuat kita tertawa dan menjaga kita agar tak terlalu serius dalam memandang hidup. Cheersss! (dari berbagai sumber)