*The previous chapter: #FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 24): Tantangan
————————————————————————
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
————————————————————————
Ruangan rumah sakit itu penuh dengan orang yang hilir mudik. Grace, Alice dan Kevin berjalan menuju ruang ICU. Seorang perawat menghampiri Grace seraya menepuk pundaknya.
“Dokter Grace, ayah Anda dalam kondisi stabil sekarang. Inspektur Richard sedang menginterogasi beberapa saksi sekarang,” ucap sang perawat.
“Ada pendarahan dalam?” tanya Grace tenang.
“Tidak. Semuanya sudah diatasi dengan baik. Tapi, apa Anda baik-baik saja?” perawat itu terlihat cemas.
Grace tersenyum, “Aku tidak apa-apa, terima kasih. Aku akan melihat ayahku dulu.” Grace terus berjalan menelusuri lorong rumah sakit itu. Kevin dan Alice mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba Grace berhenti.
“Ruangan ICU ada di depan. Aku ingin meminta tolong, kalian tetaplah di sini. Beritahu aku jika ada orang yang datang selain orang rumah sakit dan polisi.” Grace memandang kedua temannya yang mengangguk, lalu bergegas ke ruangan tempat ayahnya terbaring. Dr. Jeffery Stone terlihat sedang berada di dalam ruangan. Grace masuk dan berganti memakai pakaian steril.
“Bagaimana kondisi ayahku, Jeff?” Grace mendekati Dr. Stone alias Jeffery.
“Ia sudah mulai stabil. Sepertinya, ada yang aneh,” kata Jeffery sambil menggelengkan kepalanya.
“Maksudmu?” Grace mengangkat sebelah alisnya dan memandang Jeffery tajam.
“Ya, kau tahu? Dia ayahmu! Aku bahkan tidak pernah membayangkan akan menangani seorang James Lyn di atas meja operasiku!” Jeffery membelalakkan matanya dan memandang Grace seperti orang bodoh.
“Jangan bercanda. Ayahku juga manusia biasa. Mungkin dia sedang lengah. Atau apes.” Grace memandang ayahnya yang terbaring dengan kondisi tidak sadarkan diri. Grace menghela napas panjang seraya berpikir sejenak.
“Apa Richard mengatakan sesuatu padamu?” Jeffery melontarkan sebuah pertanyaan yang sedikit menggelitik rasa penasaran Grace.
“Apa ada sesuatu yang kau temukan?” wajahnya terlihat serius, Jeffery sedikit gugup.
“Aku sedikit curiga saat melihat kondisi Ayahmu. Jadi, aku mencari sedikit jawaban dari rasa penasaranku dengan mengecek darahnya,” kata Jeffery mengelus dagu dan menyeka bibirnya.
“Lalu?” Grace bertanya lagi.
“Digoxyn. Aku menemukan itu dalam darah ayahmu.” Jeffery menganggukkan kepala seraya memicingkan matanya, ia terlihat yakin.
****