*The previous chapter:#FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 28): Aliansi Grace, Donny dan Fujita
————————————————————————
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
————————————————————————
“Tidak. Aku sudah punya satu, aku tidak butuh barang seperti itu lagi. Kita akan melakukan kontrak dengan caraku.” Grace memasukkan liontin miliknya ke dalam saku, lalu mengeluarkan sebuah belati. Semua orang memandangnya terkejut.
“Apa-apaan kau!” seru Fujita. Wajah Donny terlihat pucat. Grace mengerutkan keningnya.
“Hei, aku hanya mengeluarkan belati ini agar aku bisa mengambil ponselku! Apa kau tidak dengar? Ponselku berdering! Kau pikir apa yang akan aku lakukan? Meminum darah tanda persaudaraan? Iyuch! Itu menjijikan!” Ekspresi Grace terlihat sangat jijik.
“Siapa yang menghubungimu?” tanya Donny.
“Tentu saja rekanku yang lain.” Grace mengangkat telepon itu, ia tidak bicara. Namun ia terlihat mengerutkan keningnya, lalu menutupnya kembali. Wajahnya mulai serius.
“Kenapa?” Fujita menyilangkan jarinya.
“Anggota The Royals sudah datang. Mereka ada dibawah.” Grace menatap dua orang yang akan menjadi sekutunya.
“Sebaiknya kita bubar dulu. Jangan menarik perhatian. Keluarlah bergantian.” Grace mengibaskan kuncir rambutnya. Pipinya berdenyut.
“Kenapa tua Bangka itu ada disini! Aargh! Bikin frustasi saja!” umpat Grace dalam hati.
***
“Cepat! Hubungi Grace!” perintah Alice setengah berbisik pada Kevin yang mengangkat ponselnya.
“Apa yang harus aku katakan?” ucap Kevin bingung.
“Katakan kau merindukannya!” gerutu Alice kesal. Kevin melotot ke arahnya.
“Aku serius, Al!” bentak Kevin.
“Katakan saja ada seorang pria tua dengan tiga orang wanita berpakaian hitam dengan kerah berbulu!” Alice menepuk keningnya. Matanya kembali mengintai sosok pria tua yang terlihat berkharisma dan tampan. Pria tua itu datang bersama tiga wanita berpakaian hitam dan bermantel bulu.
“Al, mereka aneh, kan?” ucap Kevin sedikit berbisik.
“Aneh kenapa?” Alice mengerutkan keningnya tanpa melepaskan pandangan dari pria tua yang memasuki kamar James, ayah Grace.
“Ini musim panas, kan?” Mereka memakai mantel tebal seperti saat musim dingin di Rusia. Kevin menyipitkan matanya. Alice mengalihkan pandangannya pada Kevin.
“Kau benar, Kev. mereka itu abnormal!” decak Alice. Sepertinya mereka keluarga Grace. Alice mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan sebuah gambar. Kevin mengernyit.
“Apa itu?” tanyanya seraya mengambil ponsel Alice.
“Pria tua itu mengeluarkan liontin dengan ukiran yang sama dengan liontin milik Grace dari sakunya,” kata Alice memajukan bibirnya. Kevin menghubungi nomor Grace dan mengatakan apa yang mereka lihat, lalu menutup teleponnya.
“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Kevin.
“Memangnya apa yang bisa kita lakukan?” kata Alice sambil menatap Kevin dengan mimik kesal. “Kita tunggu instruksi selanjutnya dari Grace saja.” Alice menyandarkan punggungnya ke tembok. Namun matanya menangkap sesuatu yang mencurigakan, matanya menyipit.
“Kau kenapa?” Pertanyaan Kevin tidak digubris Alice. “Hei…” Belum selesai Kevin bertanya, Alice menyuruhnya diam.
“Jika tebakanku benar, maka akan ada kekacauan di rumah sakit ini Kev.” Alice menepuk pundak Kevin lalu mengajaknya pergi dengan isyarat tangan. Kevin tidak banyak bertanya lagi, ia mengikuti di belakangnya.