Selain Layur, jenis ikan Kerapu dan Lobster dari Ujunggenteng juga menembus pasar dunia lho, Gaess!
Sampai H+6 Lebaran, Kamis (21/6/2018), Ujunggenteng (UG) masih terus didatangi wisatawan, baik lokal Sukabumi maupun nasional bahkan dunia. Kebanyakan wisatawan menjadikan pantai-pantai di UG sebagai tempat yang wajib dikunjungi. Ramai berdatangannya para wisatawan menjadi rezeki tersendiri bagi para nelayan di berbagai pantai di Desa Ujung Genteng.
Selain karena ombak masih relatif tinggi, para nelayan rehat melaut untuk mencari ikan dan memilih untuk menyediakan jasa bagi para wisatawan yang ingin naik perahu. Walhasil, hampir seluruh nelayan tradisional yang berjumlah ribuan di UG dengan jumlah perahu sekitar 700-an, beralih profesi sementara menjadi tour guide selama musim liburan Lebaran.
Lalu, apa saja sih ikan tangkapan andalan nelayan UG? Ini dia lima tangkapan andalan nelayan UG hasil obrolan santai sukabumiXYZ.com dengan seorang nelayan-pemilik perahu muda bernama Ikhsan Fadilah S. Sehari-hari, Ikhsan beraktivitas di Pantai Kalapa Condong, Desa Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
BACA JUGA: Coeg, ini 5 fakta gadis Jampang Sukabumi Juara 3 MTQ sedunia di Uni Emirat Arab
1. Layur
Ikan layur sejak lama telah menjadi salah satu tangkapan andalan nelayan tradisional UG. Menurut Ikhsan, musim tangkap ikan bernama latin trichiurus lepturus antara bulan 9 (September) sampai bulan 12 (Desember). Sekali melaut, dengan catatan cuaca bagus, nelayan tradisional UG bisa membawa hasil tangkapan layur mencapai 2 kuintal.
Ikan yang mudah dikenali dari bentuknya yang panjang dan ramping ini mempunyai harga jual dari nelayan sekitar Rp.30 ribu per kilogram. Soal pangsa pasar, layur UG banyak diekspor hingga ke Korea, Jepang, dan Cina, selain tentunya dijual di pasar lokal Indonesia.
Orang Jepang menyebut Layur dengan nama tachiuo dan memakannya mentah (sebagai sashimi) atau dibakar. Sementara itu, orang Korea menyebut Layur galchi dan mengolahnya dengan digoreng atau dibakar. Layur disukai karena dagingnya yang kenyal, tidak terlalu amis, tidak berminyak, serta mudah dilepas tulangnya.
BACA JUGA: Ini 5 masalah besar yang mendesak ditangani Gubernur Jawa Barat yang baru
2. Kerapu
Di UG, jenis ikan tangkapan yang tak kalah pamor dari Layur adalah Kerapu. Kerapu adalah ikan anggota sejumlah genus dalam anaksuku epinephelinae, suku serranidae dalam seri perciformes. Dalam bahasa Inggris, Kerapu disebut grouper atau groper, yang dipercaya berasal dari nama garoupa dari bahasa Portugis.
Nelayan UG sendiri menyebut Kerapu sebagai “ikan dasaran” yang lebih sulit ditangkap. Jika musim Kerapu, sekitar bulan 3 (Maret) – bulan 5 (Mei), nelayan UG b isa mendapatkan ikan Kerapu sampai 25 kg sekali melaut. Jika beruntung bisa juga mendapatkan ikan Kerapu yang ukurannya sampai 50 kg satu ekor.
Untuk harga jual, ikan Kerapu cukup mahal, yaitu Rp.75 ribu per kilogram. Sama seperti Layur, Kerapu UG juga bisa menembus pasar Korea, Jepang, dan Cina, selain juga lokal.
BACA JUGA: Gen Y Sukabumi jangan cuma bicara Piala Dunia, ini 5 fakta unik, keren dan konyol orang Rusia
3. Lobster
Lobster hasil tangkapan nelayan UG juga tak kalah menjadi primadona. Bahkan pangsa pasarnya pun mendunia. Nelayan UG biasanya panen Lobster saat musimnya, sekitar bulan 5 (Mei) – bulan 8 (Agustus). Sekali nelayan melaut bisa membawa pulang sampai 50 Kg dengan harga cukup fantastis, Rp.200 – 800 per KG (tergantung jenis Lobsternya).
Lobster bercapit membentuk sebuah keluarga (nephropidae, kadangkala juga homaridae) dari crustacean besar laut. Jenis Lobster yang menjadi idola adalah Lobster mutiara. Satu bibitnya bisa mencapai harga jutaan. Di UG, menurut Ikhsan, harga Lobster mutiara bisa mencapai Rp.800 per kg.
BACA JUGA: Gen Y Sukabumi, ini 5 hasil survei terbaru Pemilihan Gubernur Jabar
4. Tongkol kue
Jenis Tongkol kue banyak dipanen pada bulan 3 (Maret) – bulan 6 (Juni). Nelayan UG bisa menangkap sampai 30 kilogram sekali melaut. Dengan harga Rp.40 ribu, ikan ini banyak diminati di pasar lokal.
Tongkol merupakan ikan tangkapan nelayan yang penting di pelbagai negara di wilayah sebarannya, termasuk di UG. Ikan ini umumnya ditangkap bercampur dengan jenis lain. Alat tangkap yang digunakan terutama adalah jaring insang, dan juga pancing tonda.
Tongkol diperniagakan dalam bentuk ikan segar, ikan beku, dan dikalengkan. Juga dalam rupa-rupa ikan olahan: dikeringkan, diasinkan, diasap, atau dipindang. Dagingnya berkualitas baik bila segar, namun dengan cepat akan memburuk bila tidak ditangani dengan baik.
BACA JUGA: Hati-hati Gaess, 2018 sudah 5 korban pantai selatan Kabupaten Sukabumi
5. Baby tuna
Nelayan UG juga memanen baby Tuna (anakan Tuna) di sekitar bulan 5 (Mei) – bulan 10 (Oktober). Sekali melaut para nelayan bisa menangkap baby Tuna sampai 3 kuintal. Harganya cukup bersaing di pasaran mencapai Rp.10 ribu per kilogram. Untuk pangsa pasar, nelayan UG kebanyakan memasarkannya secara lokal.
Tuna adalah perenang andal, sebuah penelitian menunjukkan jika Tuna mampu berenang hingga kecepatan 77 km/jam. Tidak seperti kebanyakan ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging tuna berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin daripada ikan lainnya.
Untuk dicatat, selain 5 ikan di atas, nelayan UG juga kerap mendapatkan hasil tangkapan lainnya, seperti Kepiting, Tenggiri, Baracuda, Kakap merah, Cendro, dan lain-lain. Namun demikian, nelayan tradisional menggantungkan nasibnya pada cuaca. Belakangan cuaca buruk dan badai Dahlia (di antaranya), menjadi hambatan utama nelayan UG untuk melaut.
Nah, kalau kalian gen Y Sukabumi mau menikmati bakar ikan yang segar, datang saja ke UG ya! Sambil sekali jalan ke Geopark, Gaess! Mantabsss!