Mengamen dengan tujuan sebenar-benarnya menghibur adalah pilihan Zaki dan Deni.
Gen XYZ Sukabumi, hampir setiap hari kita bertemu dengan pengamen jalanan di semua sudut Sukabumi ya. Tetapi banyak dari mereka tidak memerhatikan kualitas baik vokal, terlebih lagi soal musikalitas.
Kalau seandainya disurvei, kayaknya musisi jalanan yang memiliki perhatian terhadap kualitas vokal dan musik sepertinya seribu berbanding satu ya, Gengs.
Kebanyakan lebih bermental pengemis, hanya berharap belas kasihan tanpa keinginan memberikan hiburan kepada pendengar. Tak heran jika banyak di antara mereka hanya numpang lewat, datang dan pergi begitu saja setelah mendapat uang recehan yang diberikan pendengar dengan setengah terpaksa.
Nah, Gengs, di Cibadak ada dua anak muda pengamen bersuara merdu. Mereka benar-benar seniman, tidak peduli berapa uang yang diberi pendengar, mereka cuma ingin menghibur dengan senang hati. Berikut lima infonya, Gengs.
1. Apa itu pengamen?
Pengamen, dalam bahasa Inggris adalah street singers atau buskers. Khususnya di Indonesia dan Sukabumi, pengamen sering dikonotasikan negatif. Mereka dinilai suka mengganggu ketertiban dan membuat suara bising tidak jelas sehingga menganggu masyarakat dan hal ini sangat bertentangan dengan etika masyarakat.
Jangan heran jika saat ini pengamen berkembang biak sejalan semakin susahnya tingkat hidup dan mahalnya kuota internet. Ada beberapa orang yang beralih propesi menjadi “pengemis” karena sudah tua, suaranya sudah ‘gak kuat, hingga pengamen yang alih profesi menjadi jambret, begal orang gila, tukang bersih-bersih kaca mobil, pedagang kacang.
Namun, ada pula yang menjadi sukses dan menjadi penyanyi beneran.
2. Di semua negara ada pengamen
Di daerah atau negara manapun hampir pasti ada yang namanya pengamen. Di Bukit Bintang, Malaysia, misalnya, ada Bob dan kawan-kawan yang viral di YouTube.
Di Indonesia sendiri pengamen atau musisi jalanan ini kiprahnya sudah tidak diragukan lagi. Di bis kota, kereta, pasar, bahkan door to door, sampai-sampai pengamen ini dianggap meresahkan warga, dan berbuntut si pengamen ini disandingkan dengan pemulung .
Hampir setiap gang atau jalan masuk di perkampungan di beri tulisan: “pengamen dan pemulung di larang masuk!”
BACA JUGA:
Keren Gengs, ada kampung colorful di Cikurutug Kabupaten Sukabumi
Jangan ngaku pernah ke Cibadak Sukabumi kalau belum cicipi Ayam Geprek Bah Dadan
Ngaprak Sukabumi a’la Wak Ruher (episode 1): dari Batujolang, Tugu Gede sampai Ciptagelar
3. Di luar negeri pengamen harus lulus seleksi
Di Bulgaria, pengamen wajib mengikuti seleksi. Bedanya, pengamen yang mencari nafkah di negara Eropa seperti Bulgaria mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah setempat.
Para musisi jalanan tersebut dipandang sebagai masalah serius oleh negara. Terbukti, belum lama ini Bulgaria menerapkan peraturan baru bagi mereka yang mengamen di jalanan.
Seperti yang dilansir BBC, badan penyiaran nasional BNT mengungkapkan, para musisi jalanan di Plovdiv, Bulgaria Tengah, diizinkan bernyanyi dan bermain musik untuk mendapatkan nafkah di jalan-jalan utama kota akan tetapi dengan syarat mereka memiliki latar belakang diploma pendidikan musik.
Poldiv adalah kota terbesar kedua di Bulgaria yang padat penduduk. Pemerintah setempat ingin mengikuti kota lain yang menerapkan peraturan bagi para pengamen jalanan, seperti Madrid, Spanyol, yang pada 2013 lalu mulai memberlakukan audisi untuk para pengamen jalanan.
Pemerintah pun kini membagi Plovdiv ke dalam tiga zona. Zona pertama, digunakan untuk tempat perbelanjaan, dan wilayah Kota Tua terbuka hanya untuk para pengamen yang memiliki ijazah. Zona kedua, dibuka untuk mereka yang tidak memiliki ijazah resmi, namun para pengamen tersebut minimal sudah pernah tampil di acara musik atau ikut sebuah kompetisi. Dan Zona ketiga, para pengamen bisa bebas mencari uang.
Peraturan ini bukan bermaksud ingin menyulitkan para pengamen jalanan untuk mencari nafkah, melainkan pihak pemerintah hanya ingin memastikan bahwa para musisi cukup bagus dan berkualitas untuk bisa menghibur para wisatawan dan warga kota itu sendiri.
4. Street Accoustic Sukabumi
Nah, Gengs, di Cibadak Food Street, Kelurahan/Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, ada dua anak muda pengamen bersuara merdu.
Buat kamu-kamu yang sering nongkrong Sabtu malam alias malam mingguan di Cibadak Food Street pasti sudah tidak aneh lagi dengan kualitas vokal dan musikalitas kedua pengamen yang menamakan dirinya Street Accoustic Sukabumi ini.
Nah, jika kamu mau tahu siapa cowok bersweater hitam yang sedang menyanyi sambil memegang gitar pada video di atas, dia adalah Deni Ruswandi. Deni ini belum lama lulus sekolah, dan usianya baru 20 tahun.
Sedangkan cowok satu lagi yang memainkan biola, namanya Catra Gian Saragi (28). Pria yang karib disapa Zaki ini sudah menikah dan memiliki dua orang anak, Gengs.
Kalian yang pernah menyaksikan perform mereka pasti setuju ya, keduanya selain pandai memainkan berbagai alat musik, juga memiliki suara merdu.
5. Bagaimana Street Accoustic Sukabumi terbentuk
Grup pengamen ini baru terbentuk sekira tiga bulan lalu, Gengs, atau tepatnya September 2018. Kedua personilnya dipertemukan secara tidak sengaja. “Kebetulan saya ngontrak rumah di Kebon Pala, Cibadak, tidak jauh dari rumah Deni,” kepada sukabumiXYZ.com Zaki bertutur.
Tidak lama setelah itu, mereka yang memiliki hobi sama ini sepakat mendirikan Street Accoustic Sukabumi. “Kebetulan Deni punya sound system sederhana yang mudah dibawa dan pindah-pindah. Dari situ, mulailah kita tampil dari tempat nongkrong satu ke tempat nongkrong lain,” imbuhnya.
Diakui Zaki, berbeda dengan pengamen jalanan yang tergabung dalam Komunitas Pengamen Jalanan (KPJ), mereka ini berdiri sendiri. Sehingga, katanya, sulit mencari personil lain untuk melengkapi satu personil di grup mereka.
Diakui Zaki, kalau berbicara penghasilan memang tidak seberapa. Tetapi jika niatnya mencari nafkah halal tanpa melakukan pemaksaan, maka mengamen dengan tujuan sebenar-benarnya menghibur adalah pilihannya bersama Deni.
“Yang bisa banyak, tetapi yang komitmen dengan kesepakatan bersama, itu yang susah,” pungkas pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang ojek di Parungkuda itu.