*The previous chapter: FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 10): Menggertak Makoto
————————————————————————
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
————————————————————————
Baboon menatap Grace, Kevin, Brian dan Alice bergantian. Wajahnya begitu serius. Lalu, ia melemparkan pandangannya menelusuri ruang kerjanya yang sempit tapi rapi.
“Coba katakan, apa yang terjadi,” ucap Baboon pelan. Grace maju, lalu mulai menjelaskan.
“Kami tadi pergi ke New York Research Center. Aku yang meminta mereka untuk mengantarku ke sana. Aku tahu misi kita seharusnya dilaksanakan seminggu lagi di sana. Tapi, niat kami ke sana hanya sekedar untuk observasi. Namun hal yang tidak diinginkan terjadi, ada sebuah Droid Drone yang mengikuti kami, dan kami meledakkannya.” Grace berhenti bicara.
“Kenapa kau ledakkan?” tanya Baboon singkat.
“Droid itu tidak terpengaruh oleh seal. Selain itu, droid itu dilengkapi sejenis senjata laser dan transmiter rudal kecil. Tadinya aku tidak ingin membahayakan rekanku,” jelas Grace. Matanya menatap Baboon dengan tajam. Baboon menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Bagaimana kau tahu itu? Sementara kau sendiri tidak melihat drone itu secara langsung,” Baboon meminta penjelasan. Ia menyandarkan tubuhnya yang besar pada meja kerjanya. Grace menunjukkan sebuah alat yang tersemat di tangan kirinya.
“Ini alat uji coba yang kuciptakan sendiri. Aku menyebutnya AS atau Air Scanner. Alat ini hampir sama seperti scanner yang diciptakan Profesor Einstein, namun aku menggunakan satelit yang memantulkan gelombang alpha untuk mengetahui detail hingga bagian terkecil dari suatu benda. Seperti sinar X,” kata Grace berhenti sesaat. Ia menyalakan alat itu dengan satu sapuan tangan.
“AS dapat memindai semua perangkat elektronik, baik yang menggunakan logam, kayu atau plastik, atau apapun selama benda itu padat. Biar ku tunjukkan,” kata Grace sambil menekan tombol berwarna kuning pada sisi kanan AS itu. Lalu, ia menekan tombol merah yang ada di sisi lainnya. Brian, Kevin, dan Alice hanya menonton saja.
“Apa yang akan kau lakukan?” Baboon bertanya lagi.
“Akan kutunjukkan sesuatu. sebagai contoh, akan ku scan apa yang ada di dalam kotak besi di atas mejamu itu.” Grace menyentuh layar AS itu. Tak lama terdengar bunyi “BIP” dan muncullah sebuah gambar pada layar AS.
Baboon terperangah. “Apa itu?” tanya Baboon bingung. Grace mengangkat sebelah alisnya.
“Kenapa kau bertanya padaku? Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu?” Grace memalingkan pandangannya pada kotak itu. Kevin, Alice, Brian dan Baboon terpaku dan turut memandang kotak itu. Grace melihat layar perangkatnya. Laku menyentuh tombol ‘detail’. Sebuah gambar yang lebih jelas terlihat.
“Aku baru saja menerimanya pagi ini. Tidak ada nama pengirim, jadi aku bawa kemari,” ucap Baboon seraya mendekati kotak itu.
“Sepertinya bukan sesuatu yang berbahaya. “Kevin melihat gambar yang muncul di AS.
“Kau salah Kev,” Grace berkata pelan. “Isi kotak itu mungkin tidak berbahaya, tetapi kotak itulah yang berbahaya.” Grace mendekati kotak itu seraya melihat layar AS.
“Seseorang yang mengirimkan ini sepertinya ingin menguji kemampuan kita,” kata Baboon mengelus dagunya.
“Iya, kau benar,” kata Grace setuju
“Apa maksudmu?” tanya Alice heran. Grace menunjukkan sesuatu yang terlihat di layar AS.
“Lihat ini. Ada tombol yang terhubung dengan engselnya. Tidak terlihat dari luar karena warnanya gelap. Ada kabel kecil di setiap sisi yang terhubung dengan sesuatu yang ada di dasar kotak. Itu lebih seperti…”
“Bom. Benar, bukan?” Kevin memandang Grace intens.
BACA JUGA: #CerpenSukabumi: Sudah Mati!
“Bingo! Seperti yang ku bilang. Alat ku ini dapat mindai apapun, kecuali benda cair. Aku tidak yakin ada yang dengan sengaja mengirimkan kotak berisi bom, namun juga berisi sesuatu yang membuat kita penasaran,” kata Grace memicingkan matanya.
“Itu amplop kan?” tanya Brian. Grace mengangguk.
“Bisa saja isinya serbuk berisi virus.” Alice mengernyitkan alisnya. Grace dan Baboon tertawa.
“Jadi maksudmu, ini senjata biologis?” Baboon membuka matanya lebar-lebar untuk mengejek Alice.
“Yaish! Aku kan hanya berasumsi saja! Kenapa kau malah meledekku seperti itu?” Alice menggerutu.
“Alice, jika ini senjata biologis. Untuk apa dia mengirimkannya pada Baboon? Agar dia terkena virus lalu mati?” Brian terkekeh. Alice merengut.
“Sudahlah,” Grace mendekati kotak itu. “Mari kita coba membukanya. Aku rasa ada sesuatu dalam amplop itu yang harus kita tahu.”
Grace menyentuh kotak itu dengan lembut. Semua yang ada di dalam ruangan itu mengangguk pelan. Mereka pun mulai mengatur strategi untuk membuka kotak itu dengan aman.
* the next chapter