Pilpres 2024 juga diprediksi bakal jadi pertarungan empat ideologi, yaitu ideologi reformasi, ideologi Islam politik, ideologi kembali ke UUD 1945 yang asli, lalu ada ideologi HAM.
Pilpres 2019 yang “paciweuh” baru saja berlalu. Satu-satunya agenda yang tersisa adalah pelantikan Presiden terpilih Joko Widodo pada tanggal 1 Oktober 2019. Kini, parpol sedang sibuk-sibuknya berstrategi soal “jatah” kursi. Lalu, apa kesibukan lembaga survei yang kemarin sibuk dengan quick count?
Well Gaess, beberapa lembaga survei rupanya mulai mereka-reka bakal capres untuk Pilpres 2024. Salah satunya Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang merilis nama-nama bakal capres 2024 dalam sebuah acara yang mereka beri tajuk, “15 Capres yang Lolos Radar dan The Legend Award.” Salah satu nama yang muncul adalah Airlangga Hartarto, cucu dari (Alm.) RH Didi Sukardi.
Terlepas dari setuju atau tidak dengan argumentasi LSI Denny JA, berikut lima poin penting dari rilis LSI Denny JA yang dirangkum Sukabumixyz.com dari berbagai sumber.
[1] LSI rilis 14 nama bakal capres 2024
Meski Pilpres 2019 baru saja usai, kini sejumlah nama sudah mulai dimunculkan dan diprediksi akan bertarung di Pilpres 2024. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA memprediksi 14 nama bakal calon presiden 2024. Rilis diungkapkan ke publik oleh peneliti LSI Rully Akbar dalam Konferensi Pers Hasil Temuan dan Analisis LSI Denny JA di Jakarta, Selasa (2 Juli) seperti dilansir dari Antara.
Rully menyebut dasar pengambilan nama 15 orang ini berasal dari empat kriteria yang merupakan penilaian subjektif dari tim LSI. “Kriteria capres 2024. Pertama, mereka orang-orang yang punya pengenalan atau popularitas di atas 25 persen. Jadi yang masih dikenal 5 persen agak sulit, kedua berada dari sumber rekrutmen presiden, ketiga memiliki potensi,” jelas Rully.
[2] Pemilu 2024 jadi pertarungan 4 ideologi
Pemilu 2024 juga diprediksi LSI akan menjadi pertarungan 4 ideologi. “Pilpres 2024 akan semakin ramai karena dua hal. Pertama, empat ideologi kembali bertarung. Bisa jadi keempat-empatnya lebih kuat, lebih punya pengalaman. Kedua, yang bertarung nanti semuanya adalah penantang, tak ada incumbent. Jokowi tak bisa mencalonkan diri kembali,” ujar Denny JA.
Empat ideologi itu adalah ideologi reformasi, ideologi Islam politik, ideologi kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 yang asli, lalu ada ideologi hak asasi manusia (HAM). Ideologi politik reformasi, kata Denny, paham ini mulai dibawa oleh Presiden Habibie ketika menjadi presiden pertama era reformasi. “Ini ideologi mainstream, PDIP ada di sini, juga Golkar, juga kaum minoritas. Dalam Pilpres 2019 tempo hari, mayoritas pendukung ideologi ini ada di kubu Jokowi,” imbuhnya.
Lalu, ideologi Islam politik. Paham ini, kata Denny, menginginkan syariat Islam lebih berperan di ruang publik. “Bagi paham ini, ideologi yang berlaku sekarang terlalu sekuler, terlalu liberal, terlalu memisahkan politik dari agama. Yang menonjol dalam ideologi ini adalah FPI, HTI. Kedua ormas ini berperan signifikan dalam Pilpres 2019, di belakang Prabowo,” kata Denny.
Selain itu, ada ideologi kembali ke UUD 1945, yang disebutnya tidak setuju dengan sistem politik ekonomi yang berlaku saat ini. “Pelopor paham ini awalnya adalah Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat. Di tahun 2009, tokohnya adalah Letnan Jendral Suryadi. Mantan Panglima TNI Djoko Santoso juga ada di barisan ini. Dalam Pilpres 2019, tokoh kembali ke UUD 45 yang asli, Djoko Santoso, juga berada di kubu Prabowo,” katanya.
Terakhir, Denny mengatakan ideologi hak asasi manusia. Penganut paham ini banyak mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo yang dianggap kurang liberal. Paham ideologi ini yang mengkritik kinerja Jokowi yang kurang tuntas menyelesaikan kasus HAM di Indonesia.
“Jika Islam politik menganggap pemerintahan Jokowi terlalu liberal, pendukung hak asasi justru sebaliknya, yaitu kurang liberal. Jokowi dianggap kurang tuntas menyelesaikan isu HAM, mulai kasus gerakan 65 hingga pembunuhan Munir. Tokoh ideologi ini lebih banyak dari LSM. Haris Azhar sebagai misal, ia mengkritik keras Jokowi. Tapi ia juga tak mau membela Prabowo, yang ia anggap punya catatan hitam hak asasi manusia,” pungkasnya.
Editor’s Picks:
Infografis: Perbandingan hasil Pilpres 2014 dan 2019 di Kota Sukabumi
#Infografis: Didukung Bupati Sukabumi, persentase suara Jokowi malah jeblok
[3] Ini 14 nama-nama bakal capres 2024
LSI menyebutkan 14 nama sebagai bakal capres 2024 dan satu nama diberi istilah Mr. X. Berikut ke-14 nama bakal capres yang dibedakan berdasarkan empat kategori. “Pertama pernah menduduki jabatan pemerintahan pusat seperti BJ Habibie yang pernah menjabat sebagai wakil presiden, dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sebelumnya menjabat sebagai menteri di kabinet Megawati Soekarnoputri. Kedua, berasal dari ketua umum parpol, ketiga berasal dari kepala daerah, keempat berasal dari profesional, swasta, atau ormas seperti Gus Dur,” kata Rully.
Adapun nama-nama bakal capres adalah pertama dari jenjang pemerintah daerah (gubernur, kepala daerah, bupati) ada Ridwan Kamil (Jawa Barat), Anies Baswedan (DKI Jakarta), Ganjar Pranowo (Jawa Tengah), dan Khofifah Indar Prawansa (Jawa Timur).
Kedua, capres dari jenjang pimpinan partai politik, yaitu Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Airlangga Hartarto, Agus Harimurti Yudhoyono, Puan Maharani, dan Muhaimin Iskandar. Ketiga, bakal capres dari jabatan pemerintahan seperti Sri Mulyani, Budi Gunawan, Tito Karnavian, dan Gatot Nurmantyo.
[4] Mr/Mrs X itu Ahok?
Uniknya, LSI menandai bakal capres ke-15 dengan sebutan Mr/Mrs X atau dikosongkan. LSI mengatakan, hal itu berkaca dari kasus Presiden Jokowi yang kala itu namanya tiba-tiba muncul sebagai capres, padahal sebelumnya namanya belum masuk di bursa capres 2014.
“Mr/Mrs X namanya belum masuk radar hari ini, tapi potensial menjadi presiden 2024. Kami berkaca pada kasus Jokowi 5 tahun sebelum 2014, nama Jokowi belum masuk. Siapa tahu ada the next Jokowi yang belum terlihat namanya. Ini akan kita telusuri selama 5 tahun ke depan, kita akan survei dan riset terkait nama-nama baru masuk di range capres 2014,” jelas Rully.
Rully mengatakan bukan tidak mungkin Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok menjadi sosok yang berada di nomor 15 dengan membawa efek kejut. “Bisa jadi BTP masuk sebagai sosok misterius yang tadi. Sosok X yang nomor 15 tadi, efek kejut ke depan 2024,” ujar Rully.
Editor’s Picks:
Ini 5 capres ganteng di Pilpres 2024, gen XYZ Sukabumi sreg yang mana?
KPU Kabupaten ajukan anggaran untuk Pilbup Sukabumi 2020, 5 rumor FYI nih milenial
[5] ‘Rasa’ Sukabumi dalam daftar bakal capores 2024
Lalu, apa arti rilis yang disampaikan LSI Denny JA ini untuk orang Sukabumi? Ya, sebetulnya tak banyak alias gak ngaruh-ngaruh amat. Namun setidaknya ada “rasa” Sukabumi dalam salah satu nama bakal capres. Dia adalah Airlangga Hartarto. Seperti sudah banyak diketahui orang, Ketum Golkar dan Menteri Perindustrian ini adalah cucu dari pahlawan asal Sukabumi, RH Didi Sukardi.
Ibu Airlangga adalah anak bungsu dari RH Didi Sukardi. Itu artinya, Airlangga juga keponakan dari dua pahlawan Perang Bojongkokosan, Letkol Eddie Sukardi dan Mayor Harry Sukardi.
Golkar sendiri semakin mengerucut akan mengusung Airlangga di Pilpres 2024. Namun demikian tentu saja Airlangga harus mampu terpilih kembali menjadi Ketum Golkar untuk lima periode berikutnya. Dan itu tidak akan mudah, karena kabarnya saat ini posisi Airlangga sedang “diganggu” oleh Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo.
Well, entahlah, lha wong ini masih prediksi kok!
[dari berbagai sumber]