Pergerakan Sesar Citarik memicu terjadinya tiga kali gempa dalam sehari di Sukabumi, tepatnya pada hari Senin (19 Agustus).
Sudah seperti minum obat saja ya, Gaess. Gempa terjadi sebanyak tiga kali pada hari Senin (19 Agustus) kemarin. Memang kekuatan ketiga gempa termasuk kecil dan tidak begitu terasa oleh warga Sukabumi. Namun demikian potensi terjadinya gempa besar akibat aktivitas Sesar Citarik cukup besar mengingat Sesar Citarik adalah bagian dari Sesar Cimandiri. Dan FYI, Sesar Cimandiri saling bertautan dengan dua sesar besar lainnya di Jawa Barat, yaitu Sesar Lembang dan Sesar Baribis.
So, pilihannya adalah aware Gaess, alias waspada. Berikut lima fakta yang dirangkum sukabumiXYZ.com dari berbagai sumber perihal gempa yang diakibatkan Sesar Citarik di Sukabumi.
[1] Sehari, Sukabumi diguncang gempa 3 kali
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mengonfirmasi bahwa dalam sehari, tepatnya pada Senin (19 Agustus 2019), wilayah Kabupaten diguncang gempa sebanyak tiga kali. Gempa pertama terjadi pada pukul 08.13 WIB dengan kekuatan 3,0 SR terletak di koordinat 6.77 LS – 106.53 BT, berada di darat 24 km barat laut Kabupaten Sukabumi dengan kedalaman 8 km.
Gempa kedua bermagnitudo 2.5 terjadi sekitar pukul 22.52 berlokasi di 6.78 LS 106.51 BT pusat gempa berada di darat 23 km Barat Laut Kabupaten Sukabumi dengan kedalaman 4 km. Terakhir, gempa ketiga berkekuatan 3,4 SR terjadi 23.10 WIB berlokasi di 6.85 LS – 106.58 BT 30 km barat laut Kabupaten Sukabumi dengan kedalaman episentrum gempa 4 km.
“Tiga kejadian gempa tersebut tidak menyebabkan kerusakan, namun kami masih melakukan penyisiran dan assesment khawatir ada rumah atau fasilitas sosial maupun umum yang rusak akibat gempa tersebut,” Kepala Pusat Pengendalian dan Operasi BPBD Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna seperti dikutip dari Antara.
[2] Gempa dipicu aktivitas Sesar Citarik
Ketiga gempa yang terjadi di Sukabumi pada Senin (19 Agustus), dipastikan dipicu oleh pergerakan Sesar Citarik. “Gempa tergolong dangkal akibat aktivitas sesar Citarik,” kata staf Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hendro Nugroho lewat keterangan tertulis, Selasa (20 Agustus), seperti dikutip dari Antara.
[3] Sesar Citarik ‘si biang kerok’
Dalam geologi, Sesar atau patahan adalah fraktur planar atau diskontinuitas dalam volume batuan, di mana telah ada perpindahan signifikan sebagai akibat dari gerakan massa batuan. Sesar-Sesar berukuran besar di kerak bumi merupakan hasil dari aksi gaya lempeng tektonik, dengan yang terbesar membentuk batas-batas antara lempeng, seperti zona subduksi atau sesar transform. Energi yang dilepaskan menyebabkan gerakan yang cepat pada sesar aktif yang merupakan penyebab utama gempa bumi.
Sesar Citarik merupakan salah bagian dari segmen sesar yang lebih besar, yaitu Sesar Cimandiri. Ada lima segmen Sesar Cimandiri, dua di antaranya melewati Sesar Citarik, yaitu segmen Cimandiri Palabuhanratu-Citarik dan segmen Citarik-Cadasmalang. Adapun tiga segmen lainnya adalah segmen Ciceureum-Cirampo, Cirampo-Pangleseran, dan Pangleseran-Gandasoli.
editor’s picks:
Juli, kerugian gegara bencana di Sukabumi capai Rp1,94 M, ini 5 fakta gen XYZ mesti tahu
3 di Sukabumi, BMKG deteksi 4 titik panas di Jabar, ini 5 info Gen XYZ mesti aware
[4] Sesar Cimandiri berpotensi picu gempa besar di Sukabumi
Sebenarnya yang harus lebih diawasi ketimbang Sesar Citarik adalah Sesar Cimandiri itu sendiri. Peneliti menyebutkan Sesar Cimandiri memanjang mulai dari muara Sungai Cimandiri di Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, lalu mengarah ke timur laut melewati Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Subang.
Untuk diketahui, sebagai sesar aktif, sesar Cimandiri bergerak dengan kecepatan geser 4-6 mm per tahun. Potensi besar terjadinya gempa besar dipicu Sesar Cimandiri di antaranya kenyataan bahwa sesar ini mengalami pertemuan dengan Sesar Lembang di wilayah Padalarang dan Sesar Baribis di Subang. Artinya, jika Sesar Lembang atau Baribis beraktivitas, bisa mempengaruhi juga Sesar Cimandiri dan juga akan berdampak pada Sesar Citarik.
[5] Waspada selalu akan potensi Gempa
Para ahli menyebutkan Sesar Cimandiri adalah yang paling aktif dibandingkan Sesar Lembang dan Sesar Baribis. Pasalnya, komponen tekanan utama Sesar Cimandiri berasal dari zona subduksi pertemuan dua lempeng Eurasia dan Indo-Australia yang jaraknya 300 kilometer dari garis pantai (Selatan).
Jika merujuk pada peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa Bumi Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014, disebutkan bahwa analisis bahaya gempa bumi yang memperhitungkan parameter sumber gempa bumi, penjalaran gelombang seismik, serta kerentanan tanah sudah secara detail ditulis. Berdasarkan peta KRB tersebut, wilayah Jawa Barat terdiri dari KRB menengah yang berpotensi terlanda guncangan gempa bumi dengan intensitas VII-VIII MMI, serta KRB tinggi yang berpotensi terlanda guncangan gempa bumi dengan intensitas lebih besar dari VIII MMI.
KRB tinggi berlokasi di wilayah yang berdekatan dengan sumber gempa bumi dan daerah yang dengan sifat fisis tanah yang sangat lunak. Bahkan di daerah yang pernah mengalami gempa di masa dulu kemungkinan akan terjadi gempa bumi lagi, namun tidak ada yang dapat memprediksi waktu dan kekuatan itu.
Untuk diingat, Sesar Cimandiri (termasuk di dalamnya Sesar Citarik yang Senin lalu memicu gempa tiga kali sehari), kerap kali memicu gempa di Sukabumi dan tercatat dalam sejarah memicu gempa yang besar. Maka, sudah seharusnya kita selalu waspada ya, Gaess.
[dari berbagai sumber]